10 Tips Mengatasi G.A.S. -Gear Acquisition Syndrome (Sindrom Akuisisi Perangkat/Alat)

G.A.S. merupakan singkatan, dalam bahasa Inggris, Gear Acquisition Syndrome atau Sindrom Akuisisi Perangkat.

Sindrom ini terlihat dari kecenderungan seseorang untuk terus membeli perangkat terbaru dan tercanggih demi memenuhi keinginannya. Mereka yang terkena sindrom ini akan merasa bahwa masalah yang dihadapinya hanya bisa dipecahkan dengan membeli alat/perangkat terbaru.

Hasilnya, ia akan terus terdorong untuk membeli perangkat keluaran terbaru, lagi dan lagi, meskipun sebenarnya ia tidak membutuhkannya. Ia hanya merasa bahwa alat itu akan menjadikannya lebih baik.

Sebagai contoh dalam dunia fotografi, seorang fotografer yang sudah memiliki Canon EOS 7D, merasa ia bisa mendapatkan hasil yang lebih baik jika menggantinya dengan Canon EOS R Full Frame. Ketika, kamera EOS Full Frame sudah di tangannya, ia merasa kurang dan memutuskan membeli Sony Alpha IV karena berpikiran hasil karyanya akan lebih baik.

Kira-kira seperti itulah Gear Acquisition Syndrome.

Bagi seorang yang mengidapnya, ia akan merasa bahwa perbaikan hanya bisa dilakukan lewat kepemilikan perangkat terbaru.

Penyebab

Ada banyak teori, meskipun demikian, sebagian besar berpendapat bahwa hal itu umum terjadi dalam kehidupan di era digital seperti sekarang dimana konsumerisme seperti menjadi keharusan.

Iklan dan promosi yang terus menerus menanamkan bahwa kehidupan yang lebih baik bisa dicapai dengan membeli sebuah produk, perlahan tetapi pasti tertanam dan tercermin dalam jiwa manusia.

Apalagi, iklan-iklan komersial seperti itu sekarang menjangkau langsung semua orang lewat gawai.

Hasilnya, banyak orang pada akhirnya melakukan pembelian terhadap suatu produk, meskipun sebenarnya mereka tidak membutuhkannya. Produk yang mereka beli biasanya hanya memberikan “rasa puas” sebentar, sebelum kemudian produk lainnya menghadirkan ketidakpuasan lagi.

Contoh yang paling sering terlihat dalam kehidupan sehari-hari adalah smartphone dimana orang terus menerus dibujuk untuk mendapatkan keluaran terbaru, yang dipromosikan lebih baik.

Mengenal Fotografi Ruang Negatif 3

Cara mengatasi

Tidak ada obat yang pasti karena bagaimanapun pengaruh itu terus datang dari luar dan sulit dihindarkan di masa sekarang.

Butuh pengendalian diri yang kuat dari siapapun agar mereka bisa meminimalkan efek. Kalau tidak, maka sangat mungkin seseorang akan menjadi boros karena terus menerus membeli sesuatu yang tidak dibutuhkan, selain untuk pemuasan keinginan saja.

Meskipun demikian, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meredam hadirnya sindrom itu di dalam diri seorang fotografer

  • tujuan dan target : jika seseorang memiliki dan mengetahui tujuan dan target dalam kehidupan fotografinya, ia bisa menentukan jenis kamera dan lensa yang dibutuhkannya. Tidak semua orang butuh kamera Full Frame
  • jangan terlalu sering membaca review atau ulasan kamera : tujuan sebuah ulasan dan review pada dasarnya adalah promosi dan secara tidak langsung membujuk orang untuk membeli. Kurangi membaca artikel atau tulisan seperti ini agar tidak timbul keinginan untuk memiliki
  • budget : buat budget untuk kehidupan fotografi. Budget membuat batasan dan dengan begitu kita akan selalu berada dalam koridor dan tidak terbawa keinginan untuk membeli sekedar untuk pemuasan ego saja
  • beli berdasarkan kebutuhan bukan keinginan : jangan langsung membeli setelah membaca sebuah review, pertimbangkan lagi tujuan, target dan kebutuhan
  • pertimbangkan untuk menyewa : dengan begitu banyaknya penyewaan kamera dan lensa, jika memang sekedar ingin merasakan kamera yang lebik baik, mengapa tidak menyewa saja? Lebih murah
  • meminjam ? Kenapa tidak. Kalau berada dalam komunitas dengan banyak kawan, kita bisa saling meminjamkan peralatan
  • ganti lingkungan : terkadang, dorongan untuk mendapatkan yang lebih baik karena orang-orang di sekitar kita memilikinya. Daripada membeli hanya sekedar karena ingin “sama” dengan mereka, mengapa tidak ganti lingkungan saja?
  • ganti genre : why not? Kalau memang kamera dan lensa kita ternyata tidak cocok untuk suatu genre, daripada ganti kamera yang mahal, lebih baik ganti genre
  • beri batasan : biasakan memotret hanya dengan satu kamera dan lensa saja, dengan begitu otak kita akan terbiasa untuk berpikir kreatif dan menembus batasan yang ada, tanpa harus mengganti perangkat/alat
  • fokus pada upgrade skill : daripada terus memikirkan kamera dan lensa keluaran terbaru, mengapa tidak memanfaatkan otak dan waktu untuk berpikir bagaimana komposisi yang baik, kombinasi warna yang menarik

Bukan sebuah kepastian karena godaan itu akan selalu hadir dalam kehidupan di era konsumerisme meraja seperti sekarang.

Namun, kalau kita menyadari dan paham bahwa fotografi tidak melulu tentang kamera, setidaknya akan ada benteng yang akan mengurangi derasnya bujukan yang pada akhirnya menghadirkan GAS itu tadi.

Iya kan? Untuk menghasilkan foto butuh dua hal setidaknya, kamera dan fotografer. Kamera tercanggih seperti apapun tidak akan menghasilkan foto yang bagus, kalau unsur satunya lagi, fotografernya tidak bisa mengoperasikannya dengan baik.

Mengalihkan fokus dari perangkat/peralatan ke unsur manusianya akan membantu dalam menghadapi dorongan Gear Acquisition Syndrome itu.

Tidak mudah, tetapi pasti bisa jika ada kemauan.

Leave a Comment