Arti Istilah Instagrammable, Tahukah Anda Standarnya?

Pernah mendengar istilah Instagrammable ? Belum ? Berarti Anda orang yang kudet (kurang update).

Istilah yang satu ini sedang booming dimana-mana. Mulai dari selebriti, produsen kamera, sampai wartawan atau blogger kerap menggunakannya dalam judul-judul tulisan mereka.

Arti istilah instagrammable sebenarnya mudah saja kalau Anda tahu menguasai sedikit saja bahasa Inggris.

Istilah ini terbentuk dari dua kata, yaitu Instagram + able. Instagram merujuk pada salah media sosial yang mengandalkan pada foto atau image dan able berarti “layak”.

Jadi, secara harfiah, kata baru yang terbentuk bermakna “layak Instagram” atau dalam kalimat lebih panjang “layak dipamerkan/diposting di Instagram”.

Seperti apa foto yang instagrammable?

Nah, cukup jelas kan arti harfiahnya?

Tetapi, pernahkah Anda bertanya “foto atau image” seperti apa yang pantas untuk diposting di medsos buatan Kevin Systrom dan Mark Krieger itu?

Bagaimanapun kata “layak” atau “pantas” itu merujuk pada satu standar tertentu. Bila tidak memenuhi kriterianya, berarti “tidak layak”. Jadi, kata instagrammable “seharusnya” merujuk pada kriteria standar agar bisa tampil.

Kenyataannya, kriteria foto yang layak tayang di Instagram itu mudah saja. Tidak perlu terlalu rumit berpikir tentang berbagai teknik fotografi. Bahkan, tidak perlu terlalu repot mengusahakan agar foto menjadi cantik dan enak dilihat.

Kriterianya sangat sederhana karena merujuk pada Terms of Service (TOS) medsos ini selama foto tidak mengandung unsur SARA, ketidak-senonohan, provokatif, memperlihatkan kekejaman, semua bisa ditayangkan.

Tidak percaya? Coba saja lihat dan baca sendiri.

Instagrammable Hanyalah Jargon Marketing

Kecewa dengan kenyataan itu? Jangan lah. Memang begitu adanya. Pengelola instagram tidak menerapkan kriteria bahwa sebuah foto harus bagus, enak dilihat, atau mengikuti teori fotografi.

Istilah ini, entah siapa yang memulai, sebenarnya ada gimmick atau trik saja untuk menarik perhatian orang dan mengajak mereka mempergunakan Instagram. Dengan menggunakan istilah Instagrammable, seakan-akan siapapun yang posting disana sudah memenuhi kriteria tertentu dan hasil fotonya pasti bagus.

Trik yang bagus dan berhasil karena jutaan orang menggunakan medsos ini setiap harinya.

Padahal, yang terjadi dan terlihat tidak begitu. Banyak sekali foto yang amburadul dan tidak enak pun terpajang. Yang garis horison-nya miring atau blur sekalipun tidak dilarang beredar.

Bahkan, yang sekedar memamerkan mulut yang dimonyongkan pun ada.

Tidak ada standar dari sudut pandang fotografi disana.

Instagram adalah media sosial biasa dengan penekanan ada pada bentuk visual itu saja.

Kriterianya tergantung individu saja. Bukan berlaku umum. Jika Anda menganggap foto Anda bagus, ya silakan posting. Kalau tidak ya, tidak usah.

Sesederhana itu saja dan tidak perlu berpikir terlalu berlebihan. Tidak akan ada yang menuntut Anda kalau fotonya jelek dan blur di semua bagian.

Tapi kok banyak tips memotret supaya Instagrammable?

Tapi, mungkin Anda heran mengapa banyak sekali tulisan yang mengajarkan berbagai teknik dan tips agar hasil fotonya instragrammable. Banyak dari para penulis itu memberikan arahan berdasarkan teori fotografi, begini dan begitu.

Dalam hal ini, Anda harus memandangnya dari sudut penulis dan bukan dari sudut fotografi.

Seorang penulis, tidak berbeda dengan seorang marketing, ia ingin agar tulisannya banyak yang membaca. Dan, untuk itu ia harus membuat orang tertarik datang dan mengklik link tulisannya.

Pemasangan istilah Instagrammable merupakan trik sendiri dengan memakai istilah yang sedang tren dan populer. Sekaligus memberi kesan kepada calon pembaca bahwa mereka menyediakan jawaban terhadap masalah membuat foto untuk dipajang di Instagram. Sebuah hal yang memang diinginkan oleh banyak orang yang kebetulan ingin fotonya mendapat banyak LIKE.

Ada yang dibuat dengan sungguh-sungguh oleh mereka yang mengerti bagaimana cara memotret. Tidak sedikit pula yang dibuat ala kadarnya dan sebenarnya memperlihatkan bahwa sang penulis tidak menguasai teknik memotret yang baik dan hanya sekedar mencomot dari sana sini.

Toh bagi mereka, yang terpenting adalah orang datang dan membaca tulisannya. Hasilnya, ya bukan urusan mereka.

Iya kan ?

Anda boleh memandang tulisan ini sebagai sebuah ke-nyinyiran dari penulisnya, tetapi cobalah renungkan sejenak apa yang tertulis di atas, terutama dalam hal kriteria foto yang layak masuk Instagram. Apakah memang benar-benar ada kriteria foto yang layak masuk Instagram?

Kalau Anda tidak menemukannya, berarti Anda sudah menemukan makna Instagrammable yang sebenarnya.