Anda pilih yang mana? Mengikuti teori atau mengikuti insting?
Pertanyaan klasik ini masih kerap menimbulkan perdebatan, mana yang yang terbaik?
Berbagai filosofi terkait dunia fotografi
Anda pilih yang mana? Mengikuti teori atau mengikuti insting?
Pertanyaan klasik ini masih kerap menimbulkan perdebatan, mana yang yang terbaik?
Jika, hanya jika Anda menanyakan pertanyaan ini, “Yang mana merk kamera? Canon, Nikon, Olympus, Pentax, atau leica?”, maka izinkan saya untuk menduga bahwa Anda benar-benar pendatang baru dalam dunia fotogafi.
Tebakan ini sepertinya ngawur, tetapi rasanya persentase kemungkinan benarnya mencapai 99%. Hanya kalau Tuhan berkehendak, maka hasilnya bisa berbeda.
Cukup banyak penggemar fotografi akan mengerenyitkan dahi jika mendengar fotografi sebagai tentang merekam momen kehidupan. Bisa dimaklum karena mayoritas akan lebih condong pada definisi fotografi lainnya, yaitu sebagai “melukis dengan cahaya”.
Lebih puitis. Lebih “keren”. Lebih enak didengar.
Bukan hanya marah, Emosi manusia itu beragam. Sedih, gembira, sepi, kecewa, marah merupakan kata-kata yang terkait dengan yang namanya emosi.
Sebuah foto harus selalu diusahakan untuk berusaha menampilkan emosi atau mood kepada mereka yang melihat. Dengan begitu akan terbangun keterikatan antara sebuah foto dan yang melihatnya.
Decisive moment atau momen kulminasi adalah sebuah istilah atau konsep yang populer dalam genre fotografi jalanan. Konsep ini dicetuskan oleh sang pelopor genre, Henri Cartier Bresson.
Istilah ini dipergunakan pertama kali oleh Bresson sebagai judul buku yang diterbitkannya pada tahuan 1952, The Decisive Moment. Buku ini mulanya
Mengapa harus takut? Mengapa pula harus minder? Kalau memang kita hanya memiliki HP atau Smartphone tidak berarti kta tidak bisa bergabung dan mempelajari fotografi. Memotret dengan HP atau smartphone tidak berarti secara otomatis hasil fotonya jelek dan tidak enak dilihat.
Tidak. Itu sebuah pemikiran yang salah. Sangat salah, bahkan.
Ada dan Tiada.
Kalau saya memang boleh mewakili pertanyaan sejenis yang banyak diajukan tentang kamera terbaik untuk belajar fotografi, maka itulah jawaban saya.
Tidak jelas, ya.
Kenyataannya memang begitu. Konsep “belajar” adalah sesuatu tentang melatih manusia untuk menguasai suatu hal atau mendapatkan keahlian. Titik beratnya selalu tentang manusia.