Foto Pre Wedding : Mengabadikan Kebahagiaan Sebelum Hidup Baru ?

Mempersiapkan pernikahan itu rumit! Siapapun yang pernah menikah pasti mengerti betapa bisa sangat menyebalkannya persiapannya. Banyak sekali hal yang harus diurus dan diselesaikan, dan yang paling susah adalah menemukan titik temu dari keinginan banyak orang. Beberapa tahun belakangan ini kerumitannya ditambah satu lagi faktor dan kerap justru menimbulkan perdebatan panjang. Bentuknya adalah berupa foto pre-wedding.

O ya. Perdebatan tentang hal yang satu ini kerap terjadi, baik antara pihak orangtua dan calon mempelai, hingga antar kedua orang yang akan menjalin janji suci  pun tidak jarang harus berselisih paham tentang perlu tidaknya melakukan sesi foto prewedding.

Layakkah memperbesar budget biaya pernikahan hanya sekedar untuk foto-foto yang mungkin hanya dilirik sekilas oleh para undangan? Mungkin itu pertanyaan paling dasar yang biasa muncul tentang masalah yang satu ini.

Belum lagi, kalaupun diputuskan untuk dilakukan, timbul berbagai pertanyaan lain, seperti

  • Konsep apa yang harus dipergunakan?
  • Dimana lokasinnya?
  • Siapa yang harus memotretnya?

Kehadiran tren atau tradisi baru dalam budaya masyarakat Indonesia yang satu ini memang membuat persiapan pernikahan yang sudah rumit itu menjadi tambah memusingkan kepala.

Istilah Foto Pre-Wedding dan Fotografi Pre-Wedding

Menilik kata yang dipergunakan, maka istilah foto pre-wedding atau fotografi pre-wedding sendiri, seperti biasa menunjukkan unsur serapan dari bahasa asing.

Wedding = Pernikahan. Pre-Wedding = Pra (Sebelum) Pernikahan.

Tetapi, disitulah letak masalahnya yang menjadi banyak perdebatan dan dibahas karena dalam dunia nikah menikah, kawin mengawin, proses sebelum menuju pelaminan sendiri cukup banyak. Semuanya biasanya tergantung dari budaya dan adat istiadat.

Dalam budaya Jawa ada proses lamaran, pertunangan, midodareni. Budaya Sunda menambahkannya dengan lamaran, tunangan, siraman, seserahan, dan seabreg lainnya. Masyarakat dunia “Barat” punya pertunangan atau engagement.

Lalu, foto dan fotografi pre wedding itu sendiri merupakan rekaman momen dari tahap yang mana?

Dan, ternyata jawabannya bisa tidak sama antara satu budaya dengan yang lainnya.

Foto Pre Wedding Mengabadikan Kebahagiaan Sebelum Hidup Baru B

Beragamnya Fungsi Foto Pre Wedding

Jika, Anda berharap mendapatkan satu jawaban dan penjelasan pasti tentang apa itu foto pre-wedding dan fungsinya, percayalah, Anda tidak akan mendapatkan itu. Justru, mungkin Anda akan berharap tidak pernah mengetahuinya.

Dalam masyarakat “Barat” (Western) saja, setidaknya ada dua pendapat yang cukup masuk akal.

1) Pre-wedding = Engagement (Pertunangan)

Ada banyak yang beranggapan dan mendefinisikan bahwa foto pre-wedding adalah foto yang dihasilkan setelah proses pertunangan dilakukan.

Bisa dikata, fotografi pre-wedding bersifat dokumentasi pada satu acara penting sebelum kedua mempelai mengikat janji sehidup dan semati di pelaminan.

Nah, jadi kalau dalam sesi pertunangan sudah ada foto-fotonya, maka foto-foto itulah yang disebut dengan foto prewed (memakai istilah umum Indonesia). Tidak ada lagi sesi foto setelah itu.

2) Sesi Foto Pre-Wedding = Aklitimasi Sebelum Pernikahan

Pendapat lainnya menyebutkan bahwa sesi foto prewedding bukanlah sekedar foto pertunangan. Disana ada fungsi lain yang dilakukan dan bukan sekedar foto dokumentasi saja.

Sesi foto pre-wedding biasanya dilakukan dalam masyarakat Barat dengan membooking fotografernya beberapa bulan sebelum pernikahan resmi terjadi. Tujuannya adalah untuk

  • Membiasakan mempelai agar terbiasa tampil dan berpose di depan kamera. Tidak jarang pasangan mempelai menjadi terlalu kaku dan panik dalam situasi perkawinan dan hal itu bisa mempengaruhi hasil fotonya. Tentunya, tidak akan ada yang menginginkan foto-foto dalam momen terpenting mereka menjadi tidak bagus

 

  • Membiasakan mempelai dengan gaya memotret sang fotografer, karena bagaimanapun, seorang fotografer akan memiliki gaya yang berbeda dan belum tentu cocok dengan semua orang. Nah, sesi foto pre-wedding akan memberikan kesempatan bagi kedua calon mempelai mempelajari apakah style sang fotografer sesuai dengan keinginan mereka atau tidak

 

  • Membiasakan fotografer dengan kedua calon mempelai dengan begitu ia akan memahami apa yang diinginkan oleh pengguna jasanya dalam acara terpenting mereka. Seorang fotografer juga bisa memberikan contoh bukti kemampuan dirinya untuk menangani momen penting kedua mempelai

Inti dasarnya sesi foto prewedding bertujuan untuk membentuk saling pengertian antara sang fotografer dan kedua mempelai. Tujuan akhirnya sama, yaitu agar hasil foto pada acara puncak bisa maksimal dan menghasilkan foto-foto yang tidak terlupakan tentang momen bahagia tersebut.

Dalam perkembangannya, masyarakat Indonesia yang kemudian menyerap salah satu budaya dari luar, ternyata memberikan beberapa pandangan baru tentang mengapa foto pre-wedding perlu dilakukan.

Foto Pre Wedding Mengabadikan Kebahagiaan Sebelum Hidup Baru C

3) Foto-Prewedding = Mengabadikan Kebahagiaan Sebelum Menempuh Hidup Baru

Masa pacaran itu adalah masa yang indah dan penuh kebahagiaan. (Tidak salah juga kalau pacarannya berjalan lancar, kalau tidak, ya tidak ada foto prewed).

Oleh karena itu, banyak yang merasa sayang untuk meninggalkan masa tersebut dan menempuh hidup baru sebagai keluarga tanpa adanya kenang-kenangan. Padahal, kenang-kenangan itu bisa jadi berguna sebagai pengingat ketika sebuah pernikahan mengalami masa buruknya.

Yah, hidup sebagai suami istri memang akan mengalami pasang surut. Ada saat dimana hubungan sepasang orang yang dulunya kekasih dan saling cinta menjadi retak karena berbagai masalah. Dan, dalam hal ini, beberapa lembar foto pre-wedding diharapkan bisa berfungsi sebagai perekat kembali apa yang retak.

Sebuah pandangan yang filosofis dan maybe, bisa berhasil. Banyak hubungan suami istri yang menjadi renggang tersembuhkan ketika keduanya mengingat betapa bahagianya ketika mereka belum terikat dalam tali perkawinan.

4) Foto Pre-wedding = Tren, Lambang Status, Gengsi, Kebutuhan?

Dunia itu berubah setiap waktu, begitu juga manusia di dalamnya. Kalau manusia berubah, maka budaya dan tradisi juga akan selalu menyesuaikan dengan keinginan, ide, dan kreatifitas manusia.

Sebelum akhir tahun 1990-an atau awal 2000-an, sesi foto pre-wedding tidak banyak dilakukan. Meskipun demikian, setelah tahun 2000 hingga sekarang, memajang foto yang dilakukan sebelum pernikahan, seperti menjadi sesuatu yang wajib dilakukan.

Bukan hanya kalangan atas saja yang rela mengeluarkan uang tambahan untuk hal ini. Banyak masyarakat dengan ekonomi pas-pasan pun tidak segan merogoh kantungnya agar dalam resepsi perkawinan mereka, foto-foto kemesraan dan kebahagiaan sebelum menikah bisa dilihat oleh para undangan.

Mengapa sepertinya memajang foto pre-wedding menjadi “kebutuhan” bagi banyak orang?

Jawabannya, juga sulit untuk dipastikan. Sudah pasti akan berbeda satu orang dengan yang lainnya.

Bisa jadi hal itu disebabkan karena mengikuti tren yang berkembang. Seseorang bisa dianggap kurang gaul jika tidak melakukan sama dengan yang umumnya dilakukan.

Bisa juga karena hal itu akan dianggap membuat status mereka sama dengan masyarakat kalangan atas. Gengsi.

Mungkin juga, ada yang merasa bahwa surat undangan mereka akan terlihat lebih berkelas jika diperlengkapi dengan foto-foto mempelai.

Yang manapun ada banyak sekali pendapat tentang mengapa foto prewedding harus dilakukan, dan alasannya sendiri bisa sangat bervariasi, tidak seragam.

Kesimpulannya ?

Saya memilih untuk melihat foto-prewedding bukan dari perlu atau tidaknya. Kebutuhan setiap orang berbeda satu dengan yang lain. Tidak bisa disamakan. Masing-masing berhak menentukan jalan hidupnya sendiri.

Tidak ada benar atau salah dalam hal ini.

Pendekatan dari sisi budaya dan tradisi lebih cocok untuk melihat fenomena semakin merebaknya pelaksanaan foto-prewedding.

Bagaimanapun, sebuah tradisi atau budaya terbentuk karena manusia-manusianya menginginkan hal itu terjadi. Kehadiran foto pre-wedding di resepsi-resepsi perkawinan di banyak tempat menunjukkan trend ini bisa diterima oleh masyarakat.

Toh, tujuannya bukanlah sesuatu yang buruk. Tidak ada salahnya mengingatkan suami istri yang sedang bertengkar hebat betapa mesranya mereka saat pacaran. Tidak salah juga kalau mereka ingin menunjukkan itu kepada orang lain, siapa tahu bisa menginspirasi mereka.

Lagipula, hal itu menguntungkan secara ekonomis bagi para fotografer. Pasar mereka yang mengecil sejak kelahiran fotografi digital agak membesar sedikit dengan kebutuhan sebuah produk baru dari masyarakat dalam bentuk sesi foto prewed.

You like it or not, trend semacam ini sudah menjadi bagian dari persiapan pernikahan banyak orang. Tinggal waktu yang akan menentukan apakah bisa bertahan lama dan berubah menjadi tradisi atau budaya atau tidak.

Bagi yang hendak menikah, segera putuskan saja berdasarkan budget yang ada. Kalau memang memungkinkan kenapa tidak? Lakukan. Tetapi, jangan sampai memaksakan diri.

Masih ada banyak hal lain yang harus diurusdalam pernikahan daripada sekedar meributkan perlu tidaknya. Apalagi hanya sekedar berdasarkan pemikiran orang lain.

Just do it.

————– artikel berlanjut di bawah ini ——————–

Tips Sesi Foto Pre-wedding

Yang Harus Dilakukan Untuk Sesi Foto Pre-Wedding

Jika memang pada akhirnya, diputuskan untuk melakukan sesi foto pre-wedding, berbagai hal lain sudah menunggu untuk diurus. Meski terlihat sederhana, pembuatan foto prewed sendiri sebenarnya lumayan rumit dan menguras waktu. Banyak hal yang harus dipikirkan dan dilakukan.

Memang, untungnya, kerumitan itu sebagian besar ada di tangan para fotografer pelakunya. Sebagai profesional, mereka memiliki tugas untuk mengarahkan calon pengantin untuk berpose di depan kamera, layaknya model. Hanya saja, tetap ada banyak hal yang juga harus dipersiapkan agar hasilnya maksimal.

Beberapa hal yang paling penting harus dipersiapkan untuk melakukan sesi foto pre-wedding, bisa disebutkan di bawah ini.

A) Membuat/Memilih KONSEP

Ini hal pertama yang harus dipikirkan oleh calon pengantin. Mau seperti apa konsep foto pre-weddingnya.

Bisa dikata foto pre-wedding merupakan salah satu usaha “branding” atau pencitraan dari pasangan mempelai kepada tamunya. Oleh karena itu, mereka harus mencoba mencari konsep yang bisa mewakili ide, imajinasi, atau citra mereka sebagai pasangan yang berbahagia.

Konsep ini nanti yang akan diterjemahkan dalam bentuk style atau gaya, seperti :

Gaya Tradisional

Bila memang ingin memperlihatkan diri sebagai seorang yang juga menghargai budaya dan adat istiadat tradisional, mungkin menggunakan pakaian adat bisa pas sekali. Apalagi kalau pada hari-H nya, pernikahan, ada berbagai ritual adat yang dijalankan.

Gaya Glamor

Setiap orang ingin menjadi kaya, tetapi belum tentu semua orang kaya. Meskipun demikian, orang banyak bisa digiring agar berpikir bahwa yang mereka lihat dalam sebuah pernikahan adalah orang kaya.

Dengan memakai pakaian mewah, seperti gaun pengantin dalam film-film, kesan glamor ala Syahrini bisa saja dihadirkan dalam foto.Ditunjang dengan pemilihan lokasi , maka kesan megah bisa ditampilkan kepada para undangan.

Gaya Tematis

Prinsip gaya tematis adalah mengambil satu tema khusus, seperti gaya tahun 1970-an, 1920-an, atau bahkan kalau mau bisa menjadi pasangan superhero. Gaya-gaya tematis ini cukup lumayan berhasil dalam menarik perhatian tamu undangan yang datang ke resepsi, apalagi kalau unik.

Dan, masih banyak gaya lainnya, semuanya tergantung pada konsepnya.

Jangan datang ke fotografer tanpa membawa setidaknya konsep sendiri. Belum tentu apa yang disarankan akan sesuai dengan keinginan atau kemauan. Seberapapun kasarnya ide di kepala Anda, lebih baik daripada tidak memiliki sama sekali.

Lagipula, konsep ini pula yang kemudian akan menjadi bahan pertimbangan, seperti budget, lokasi, properti.

Konsep harus ada dalam sesi foto pre-wedding agar hasilnya maksimal.

Tips :  Untuk membuat konsep, bisa dimulai dengan menjelajahi dunia internet. Banyak sekali foto-foto pre-wedding dalam dan luar negeri yang bisa dijadikan acuan. Bisa juga memilih mana konsep yang sesuai dengan diri kita dan image apa yang ingin disampaikan kepada tamu undangan pada acara resepsi nanti.

Tips Sesi Foto Pre-wedding 2

B) BUDGET

Sesi foto pre wedding sama artinya dengan mengeluarkan biaya tambahan untuk sesuatu yang bukan merupakan inti dari sebuah acara pernikahan. Untuk yang memang memiliki uang banyak, tentunya bukan masalah menambah dana, tetapi bagi yang dananya pas-pasan bisa menjadi masalah tersendiri.

Besaran dana untuk pembuatan foto pre-wedding saja nilainya tergantung pada konsep tadi. Bisa hanya satu jutaan, bisa juga sampai ratusan juta. Tidak ada batasan pasti. Yang menentukan adalah diri sendiri.

Budget untuk sesi foto pre-wedding jangan hanya untuk fotografernya saja. Banyak biaya lain yang harus dimasukkan, seperti perlengkapan, transportasi, penyewaan tempat, dan banyak lagi lainnya.

Nilainya, sebaiknya tidak membuat diri tertekan. Bagaimanapun, kegiatan ini hanya merupakan aksesori tambahan dan bukan inti dari sebuah pernikahan. Jangan sampai budgetnya melebihi kebutuhan utama.

Lagipula, dalam pembuatan foto pre-wedding bukanlah tentang berapa besar budget yang disedikan, tetapi ada pada sisi ide dan kreatifitas. Dana kecil diimbangi dengan kreatifitas bisa menghasilkan foto-foto yang tidak kalah istimewa dibandingkan yang dibuat dengan biaya mahal.

Tips : seorang teman yang tahu cara memotret (model) bisa membuat hemat jutaan rupiah

C) Sang Fotografer

Inti dan peran utama, selain calon pengantinnya adalah fotografernya sendiri. Pemilihan siapa yang harus memotret bisa merupakan pekerjaan yang menyulitkan.

Bagaimanapun pemotretan menggunakan model adalah sebuah bentuk kerjasama antara yang memotret dan yang dipotret. Yang dipotret perlu menyampaikan ide dan konsep yang mereka inginkan, yang memotret harus bisa menerjemahkan kemauan itu ke dalam wujud visual, foto.

Jadi, pemilihan fotografer perlu sedikit mendapat perhatian lebih dengan memperhatikan :

  • kemampuan dan skill nya dalam memotret (bisa dilihat dari karya-karyanya)
  • kemampuan dia berkomunikasi yang menjadi penting untuk bisa menerjemahkan ide
  • kemampuan dia untuk memberi masukan atau ide
  • kemampuan untuk mengarahkan modelnya

Tips : Sebaiknya kunjungi beberapa studio yang menawarkan jasa prewedding. Lihat hasil karya mereka dan bagaimana mereka memberikan masukan atau ide. Barulah kemudian memilih. Tambahan : terkadang seorang teman yang mahir memotret bisa memecahkan berbagai masalah itu karena kedekatan dan komunikasi bisa terpecahkan dengan sendirinya

D) Properti / Perlengkapan

Jangan sepelekan masalah properti atau perlengkapan. Yang satu ini terlihat simpel tetapi karena foto prewedding berkaitan dengan imajinasi, hal itu bisa menjadi sangat rumit.

Misalkan, sepasang calon pengantin penggemar seri The Avengers ingin terlihat unik dalam balutan pakaian ala superhero kesukaan mereka.

Karena, penyewaan kostum yang seperti ini jarang, mau tidak mau, berarti harus ada dibuatkan properti yang menunjang untuk itu. Dan, bisa menjadi sesuatu yang rumit tergantung keunikannya. Butuh waktu dan “biaya”.

Sebaiknya, properti atau perlengkapan tidaklah terlalu . Bukan sekedar masalah biaya saja, tetapi semakin banyak perlengkapan dan properti, bisa membebani diri sendiri saat mengangkutnya ke lokasi pemotretan.

Kecuali, tentunya Anda punya dana berlebih untuk mempersiapkan dan juga mengangkutnya kesana.

Tips : Properti foto pre-wedding, karena sebenarnya tidak perlu terikat teori, bisa dibuat dari bahan yang ada saja. Beberapa teman dan saudara pernah menampilkan foto yang menarik meski dibuat dengan bahan-bahan yang murah

E) LOKASI

Salah satu bagian terpenting dalam dunia fotografi namanya “sudut pengambilan foto/gambar” (angle). Dengan angle yang tepat, pikiran yang melihat foto bisa dimanipulasi sehingga sesuai kemauan yang memotretnya. Sesuatu yang biasa saja bisa terlihat istimewa dalam sebuah foto.

Oleh karena itu, lokasi pemotretan foto pre-wedding bisa dimana saja. Tidak perlu harus pergi ke tempat yang jauh dan butuh biaya mahal. Lagipula, semakin jauh lokasi pemotretannya, semakin besar kerepotan yang harus dialami karena harus memboyong properti dan tenaga tambahan.

Pilihlah lokasi yang terdekat dan bisa menjadi latar belakang konsep foto yang diinginkan. Ingat fotografi adalah tentang ide dan kreatifitas, jadi lokasi bukanlah penentu dari bagus tidaknya sebuah foto.

Contohnya, kalau ingin punya latar belakang Menara Eiffel dalam foto prewedding, apakah harus pergi ke Paris? Tidak juga. Beberapa tempat wisata seperti De Voyage di Bogor memiliki miniatur menara Eiffel yang bisa dijadikan latar belakangnya. Murah meriah.

Tips : Studio, rumah sendiri, atau tempat wisata terdekat dari rumah kerap sudah mencukupi untuk sebuah foto prewedding.

Puyeng kan?

Banyak juga yang harus diurus untuk sesi foto pre-wedding. Kata siapa gampang? Memang akan lebih mudah kalau punya uang banyak, jadi tinggal menyuruh orang dan mempelainya hanya perlu menjadi model saja.

Tapi, kalau dana terbatas, terkadang kerepotannya lumayan menambah berat juga. Pening kepala juga bertambah.

Tips Sesi Foto Prewedding

Ada beberapa tips lagi untuk pelaksanaan sesi foto pre-wedding untuk membantu mendapatkan hasil maksimal.

  1. Jaga kesehatan : kalau kondisi tidak baik, secara tidak sadar hasilnya akan terekam oleh kamera. Mimik pucat karena demam sulit disembunyikan
  2. Jangan merubah penampilan secara drastis : memang menjadi unik hampir pasti bisa menarik perhatian, tetapi kalau itu berarti merubah penampilan secara drastis, seperti mengecat rambut dan sebagainya, sebaiknya tidak dilakukan. Ingat saja ini bukan inti dari sebuah pernikahan
  3. Kesesuaian warna antara baju dan lokasi : bayangkan saja, konsep “vintage” hitam putih dengan kostum yang didominasi warna hitam, lokasi di dalam hutan
  4. Ciri khas persamaan antara pasangan mempelai : bila sama-sama penggemar sepakbola, memakai kostum klub sepakbola ternama dan sesinya diadakan di lapangan bola bisa menjadi konsep yang pas
  5. Jangan ikuti yang sudah umum : yang biasa-biasa saja itu kurang mengundang perhatian, yang berbeda itu biasanya menarik. Kalau bisa jangan hanya mengikuti saran yang disampaikan fotografer karena mereka biasanya sudah memiliki standar/pola yang sudah dipakai berulangkali. Cobalah kreatif
  6. Jaga Mood : muka orang yang bahagia dan senang berbeda dengan yang lagi ruwet karena kekurangan uang. Padahal, foto pre-wedding seharusnya adalah tentang kebahagiaan masa sebelum nikah dan sulit disampaikan kalau yang dipotret sedang berada dalam mood yang jelek
  7. Kisah dua orang : foto pre-wedding adalah kisah tentang salah satu momen perjalanan hidup dua orang, bukan salah satunya. Jangan sampai ada yang merasa tertekan karena harus mengikuti keinginan pasangannya. Kompromikan
  8. Jangan menantang bahaya : jangan tiru kebanyakan penggemar selfie atau vlogger yang untuk menarik perhatian terkadang menantang maut dengan melakukannya di tempat-tempat berbahaya. Inti utama sebuah pernikahan bisa bubar kalau pengantinnya celaka
  9. Momen berdua : foto pre-wedding merupakan momen dua orang. Sebaiknya, tidak perlu bawa orang lain bahkan keluarga dalam pelaksanaannya karena terkadang hal itu bisa mengganggu mood dan mengurangi campur tangan orang lain, selain yang terlibat
  10. Enjoy dan Nikmati : saat pernikahan nanti, jarang yang bisa enjoy karena sudah terlalu tegang dan capek, apalagi suasananya terlalu ramai. Sesi prewedding bisa menjadi tempat untuk menikmati waktu berdua.

Nah, itu saja. Semoga bermanfaat.

—-

Catatan :

  • foto-foto ini dari prewedding Renny dan Sandy Desember 2019
  • fotografer : Arya Fatin Krisnansyah & tim Lovely Bogor