Fotografi Flat Lay : Merubah Kumpulan Benda Jadi Cerita

Teknik fotografi flat lay , yang kerap dianggap sebagai sebuah sub genre dalam fotografi, adalah cara pembuatan foto dengan mengumpulkan dan menyusun sekumpulan obyek pada permukaan datar dan kemudian memotretnya tegak lurus dari atas. Dengan kata lain, lensa kamera akan menghadap tegak lurus dari atas ke bawah seperti sebuah satelit yang menghadap bumi.

Hanya dalam fotografi flat lay, kumpulan benda yang dijadikan obyek bukanlah sembarangan. Biasanya benda-benda itu akan menyampaikan satu ide atau bahkan cerita yang ingin disampaikan fotografernya. Dan, inilah yang menyebabkannya dianggap sebagai sebuah sub genre atau bahkan genre dan bukan sekedar teknik.

Bidang datar yang menjadi “kanvas” dalam hal ini bisa beragam, tergantung pada ide dan kreativitas fotografernya. Yang paling mudah adalah meja, tetapi tidak sedikit juga yang menggunakan lantai atau alas lain.

Teknik ini biasanya dipergunakan oleh perusahaan periklanan, portfolio perisahaan, dan belakangan ini menjadi salah satu tren di dunia para instagrammer.

Contoh dari hasil (teknik) fotografi flat lay bisa dilihat di atas dan di bawah ini.

Genre Fotografi Flat Lay Merubah Kumpulan Benda Menjadi Cerita
sumber : Pixabay

Sederhana Tetapi Rumit

Dibandingkan dengan genre fotografi lainnya, yang satu ini termasuk paling sederhana, dalam artian tidak banyak teknik atau fitur kamera yang dipergunakan. Sekedar memakai auto mode juga tidak masalah karena tidak butuh teknik khusus.

Jenis kameranya pun bisa apa saja, mulai dari smartphone sampai DSLR. Bahkan, mengingat kecil dan luwesnya ponsel, justru menjadi kamera favorit untuk membuat sebuah foto flat lay.

Ukurannya yang kecil dan layarnya yang lebar membuat lebih mudah bagi seseorang untuk memposisikan kamera saat memotret. Tidak mudah mengarahkan kamera, DSLR apalagi yang tanpa articulate LCD (yang bisa berputar), tegak lurus ke bawah dibandingkan sebuah kamera smartphone.

Sederhana….

Cuma, justru rumit.

Fotografi flat lay bukan mengandalkan teknik, tetapi pada komposisi fotonya. Obyek-obyek yang berada di dalamnya bukanlah sembarangan diambil dan diletakkan sembarangan.

Benda-benda tersebut “harus” memiliki kaitan dan pada akhirnya menjadi sekumpulan benda yang ketika dilihat akan menghadirkan sebuah image tertentu dalam diri yang melihat. Misalkan, ide fotonya adalah traveling, maka obyek-obyek yang harus dipilih setidaknya harus yang bisa mewakili ide itu, seperti passport, peta, kacamata hitam, ransel, dan seterusnya.

Penempatan posisi setiap benda pun harus mengandung nilai estetika, sehingga enak dilihat.

Disinilah letak kerumitan dari fotografi flat lay, yaitu menerjemahkan ide dalam bentuk visual, dan kemudian mencari properti/benda-benda yang bisa mewakili ide tersebut.

Lebih kompleks daripada yang terlihat.

Teknik Fotografi Flat Lay - Sederhana Itu Indah (5)
Sumber Foto : Pixabay

Bagaimana Membuat Foto Flat Lay ?

Tidak susah hanya ada ada satu poin penting yang harus diperhatikan. Genre ini membutuhkan lebih banyak intuisi dan imajinasi dibandingkan teknik.

Jadi, penekanan pada sisi kreativitas, ide, dan eksperimen lebih daripada sekedar memotret pemandangan.

Oleh karena itu, jika dibuatkan urutan langkah-langkah fotografi flat lay, maka hasilnya seperti di bawah ini. Tentu, seperti halnya juga banyak teori dalam fotografi yang sifatnya lebih berupa panduan dibandingkan aturan, maka jangan pandang semua ini sebagai keharusan. Bila memang ada jalan yang menurut Anda lebih baik dan lebih berpotensi menghasilkan foto yang bagus, lakukan saja.

Langkah-langkah fotografi flat lay sebagai berikut :

1) Siapkan Ide / Cerita

Sama halnya dengan semua genre, sebuah foto flat lay yang baik, seharusnya mengandung satu ide atau satu cerita. Bukan sekedar kumpulan benda atau obyek saja.

Jadi, langkah pertama dan merupakan dasar dari genre yang satu ini adalah dengan memikirkan dulu apa yang hendak disampaikan kepada pemirsa. Luangkan waktu yang agak banyakan untuk menyampaikan sesuatu yang selain menarik perhatian, juga bisa menggiring imajinasi yang melihat ke ide yang ada di kepala fotograferya.

Dalam hal ini, fotograif flat lay berbeda dengan fotografi jalanan yang sifatnya lebih spontan dan tergantung pada obyek yang tersedia di jalanan. Waktu yang tersedia juga lebih banyak, kalau fotografi jalanan dihitung dalam detik, foto flat lay punya waktu lebih banyak.

Jadi, pertimbangkan ide atau cerita yang diharapkan bisa disampaikan kepada pemirsa dulu. Buat konsepnya dulu.

Fotografi Flat Lay : Merubah Kumpulan Benda Jadi Cerita
Sumber Foto Pixabay

2) Siapkan Properti / Obyek

Foto flat lay tidak memerlukan properti atau obyek khusus dan bisa diambil dari benda-benda yang ada di sekitar dan dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Cuma, tidak berarti semua benda bisa serampangan diambil dan dimasukkan ke dalam foto. Semua benda yang dipergunakan harus mengacu pada tema atau ide yang ingin disampaikan.

Tentunya tidak lucu dan ide tidak akan tersampaikan dengan benar, ketika kita ingin menyampaikan kesan “suasana kantoran” tetapi kemudian kita memasukkan kuas dan kaleng cat di dalamnya. Cerita dan impresi yang disampaikan akan “rusak” dan pemirsa tidak akan menangkap maksudnya.

Jadi, pilih properti yang mengacu dan mendukung ide cerita.

Beru kemudian pilih berdasarkan nilai estetisnya, seperti

  • Bentuk : bulat, bundar, persegi
  • Warna : jangan lupa bahwa foto memerlukan warna active dan warna cool (tenang) agar terjadi keseimbangan

3) Latar Belakang

Background atau latar belakang akan memegang peranan penting dalam fotografi flat lay. Salah satu alasannya adalah karena bokeh tidak bisa dipergunakan untuk menambah nilai estetisnya atau menghilangkannya dari mata yang melihat. Tidak ada jarak antara obyek dan latar belakang untuk memaksimalkan bokeh, lagipula, bokeh akan membuat obyek yang lain menjadi kabur.

Pemilihannya sendiri tidak seberapa rumit, yang penting bidangnya datar, Dan, banyak benda di sekeliling kita yang punya bidang seperti itu, seperti meja, lantai, atau bahkan selembar kayu tripleks juga sudah cukup.

Bila memang properti untuk background kurang enak dilihat, bisa ditutupi dengan kertas berwarna atau kain.

Hal yang harus diperhatikan

  • Warna : jika memang ide memerlukan latar belakang berwarna, pakai saja kertas atau karton berwarna
  • Leading line / Garis : meski kebanyakan foto flat lay berlatar belakang polos, tetapi menambahkan unsur garis kerap bisa memberi kesan unik
  • Kebersihan : penting sekali karena sedikit saja noda akan terekam oleh kamera dan bisa merusak impresi secara keseluruhan, kecuali kalau memang idenya memasukkan unsur kotoran/noda ke dalamnya
  • Tekstur : terkadang tambahan tekstur pada latar belakang bisa menghadirkan kesan berbeda dan unik
  • Ukuran : perhatikan kesesuaian, jika ada produk yang harus ditonjolkan, usahakan obyek yang lain tidak lebih besar daripada produknya
Foto  Flat Lay : Merubah Kumpulan Benda Jadi Cerita
Sumber Foto Pixabay

4) Komposisi / Pengaturan Obyek

Sedikit berbeda dari genre lainya, foto flat lay memerlukan komposisi yang bukan hanya dilihat dan dibuat saat melihat dari viewfinder saja. Komposisinya harus “dibuat” bahkan sebelum sang fotografer mengangkat kamera.

Setelah obyek dan background tersedia, masih ada satu pekerjaan yang harus dilakukan, yaitu mengatur semua obyek dan latar belakang yang ada.

Yang harus diperhatikan saat mengatur properti adalah

  • Ruang : fotografi flat lay banyak mengandalkan “ruang negatif” alias ruang kosong, jadi pastikan juga jangan terlalu banyak obyek sehingga latar belakangnya tidak terlihat sama sekali
  • Jangan bertumpuk : dalam genre fotografi yang lain saja obyek bertumpuk itu dihindari, apalagi dalam genre yang satu ini
  • Peran : bila foto flat lay yang Anda buat untuk iklan sebuah produk, tempatkan produknya sebagai sentral cerita dan obyek lainnya sebagai pelengkap. Perhatikan ukuran karena “size is matter” dan bila ukuran obyek utama lebih kecil dari pelengkap, hasilnya produknya akan tenggelam

5) Pencahayaan

Fotografi flat lay bisa dilakukan dimana saja. Mau di dalam ruangan atau di luar ruangan. Bukan sebuah masalah.

Yang penting

  • sumber cahaya yang cukup sehingga tidak perlu menggunakan ISO yang terlalu tinggi untuk menghindari noise
  • arah cahaya tepat dan tidak menghasilkan bayangan dari obyeknya

6) Pemotretan

Setelah semua siap, bisa dilanjutkan dengan pemotretan. Perhatikan beberapa hal ini saja

  • Pakai Aperture Normal : maksudnya Anda tidak perlu memakai aperture besar seperti f/1.8 yang bagus untuk bokeh, tetapi tidak pas untuk genre yang satu ini karena Anda memerlukan semua obyek jelas dan tajam. Aperture f5.6 – 7/8 sudah cukup untuk itu. Aperture 11 ke atas bisa dipakai tetapi akan butuh cahaya ytang banyak dan mungkin tidak bisa disediakan oleh sumber cahaya dalam ruangan
  • Potret dari ketinggian : kalau perlu pergunakan tangga agar bisa melihat lebih luas ke bawah dan lebih mudah memotretnya (Pastikan saja jangan sampai jatuh)
  • Pakai lensa paling lebar : alasan mengapa kamera smartphone menyenangkan dipakai untuk fotografi flat lay adalah karena lebar. Jadi, pergunakan lensa terlebar yang ada
  • Lakukan eksperimen : potret berulangkali dari berbagai sudut, atur ulang posisi masing-masing obyek, ubah kombinasi warna, garis dan sebagainya. Intinya, coba berbagai kemungkinan yang bisa terbayangkan oleh Anda
  • Jangan serakah : maksudnya, kalau memang properti atau obyek yang ada ternyata tidak bagus, buang saja. Juga jangan memaksakan semua obyek harus masuk dalam bidang foto, seringkali komposisi sederhana justru yang paling berhasil menghasilkan foto yang bagus. Ingat KISS.
Foto Flat Lay : Merubah Kumpulan Benda Jadi Cerita
Sumber Foto Pixabay

7) Pengeditan

Nah, yang ini benar-benar mengandalkan imajinasi Anda sendiri. Tidak ada batasan pasti.

Lakukan pengeditan secukupnya saja dan berikan filter yang sesuai dengan tujuan Anda. Pada dasarya, menurut saya foto hasil fotografi flat lay sudah 90% jadi dan sentuhan pengeditan seharunya hanya minimal saja, sebagai pelengkap.

Tetapi, semua terserah Anda dan kebutuhan yang ada.

Tidak susah kan.

Tidak ada teknik aneh-aneh saat melakukan fotografi flat lay. Tidak perlu mengatur setting terlalu banyak. Iya kan?

Tetapi kenapa menjadi tulisan yang panjang yah? Yah, karena itu tadi, sederhana tetapi rumit. Butuh kejelian, kerapihan, perhatian pada detail untuk menghasilkan foto flat lay yang bagus.

Silakan coba sediri di rumah. Kamera ada, meja ada obyek juga tinggal dipilih. Tinggal kemauan saja.

Mau?