Lensbong, si Lensa Bongkaran Menunjukkan Fotografi Tidak Memiliki Batasan

Istilah lensbong adalah sebuah istilah yang umum di dunia “ponselgrafi” alias dunia para penggemar fotografi yang mengandalkan pada kamera smartphone atau HP. Kata Lensbong sendiri terbentuk dari dua buah kata, yaitu “Lensa Bongkaran”.

Hal ini merujuk pada kenyataan bahwa lensbong bukan berasal dari kamera smartphone itu sendiri. Lensa ini adalah sebuah “tambahan” yang hadir dari usaha mengatasi keterbatasan yang ada pada lensa kamera HP. Lensa ini tidak dikeluarkan oleh produsen resmi smartphone, seperti Samsung, Sony, atau produsen kamera, seperti Canon atau Nikon, tetapi lahir dari produsen independen.

Lensbong asalnya dari berbagai peralatan yang memanfaatkan lensa, seperti kamera, teropong, atau segala sesuatu yang memakai alat optik. Alat-alat ini, yang biasanya sudah dalam kondisi rusak, kemudian “dibongkar” untuk diambil lensanya.

Lalu, lensa-lensa hasil pembongkaran ini “ditempelkan” pada lensa smartphone. Caranya beragam mulai dari menggunakan karet gelang hingga penjepit, yang penting lensa tersebut bisa menempel pada lensa milik si smartphone.

Dengan begitu kemampuan lensa asli bisa dikembangkan lebih jauh dari kemampuan asalnya. Berbagai jenis lensbong dihasilkan dan bervariasi mulai dari lensa Macro (untuk menghasilkan foto secara detail), wide (untuk pemandangan/landscape), dan banyak lagi jenisnya. Hanya saja, kebanyakan jenis lensbong yang laku di pasaran adalah lensa untuk Macro untuk memotret obyek kecil dan menampilkan detail.

Keuntungan dari memanfaatkan lens bongkaran ini adalah dalam segi biaya yang bisa dikata murah karena memanfaatkan sesuatu yang sudah tidak terpakai dan bisa meningkatkan kemampuan kamera yang ada.

Kesulitan yang dihadapi adalah karena lensbong “asli” adalah buatan tangan dan mengandalkan kreatifitas, presisi dan ketepatannya saat dipergunakan tidak sebaik lensa buatan pabrikan. Perlu banyak sekali latihan dan penyesuaian agar hasilnya menjadi bagus.

Tetapi, bagaimanapun, lahirnya lensbong ini mencerminkan penolakan manusia untuk dibatasi daya kreatifnya dan mereka akan terus berjuang menembus segala batasan untuk menjadi lebih baik. Sesuatu yang mempengaruhi dunia fotografi dan membuatnya menjadi sama tidak terbatasnya. Selama manusia memiliki naluri itu, maka fotografi pun tidak akan mengenal batas.