Ada Untung Dan Rugi Membawa Kamera Non Smartphone Atau Kamera Saku

Bukan sih sombong karena punya kamera DSLR. Apalah yang harus disombongkan kalau hanya memiliki DSLR entry level semacam Canon EOS 700D dan koleksi lensa yang seadanya, alias yang paling murah. Tetapi, pengalaman di lapangan memang membawa kamera DSLR bisa menguntungkan di saat tertentu.

Saat tertentu dalam hal ini ketika ada sebuah event terbuka yang disaksikan banyak orang. Sebuah kamera DSLR murah di tangan bisa memberikan keleluasaan bergerak untuk mengambil foto.

Pengalaman terakhir saat sedang hunting foto di acara Cap Go Meh Bogor atau yang dikenal CGM Bogor Street Festival 2019 menunjukkan hal itu.

Ceritanya, saat acara itu, panitia telah memberikan batas “steril” yang tidak bisa dimasuki oleh penonton umum. Hal ini untuk memberikan ruang bagi peserta parade untuk menunjukkan kebolehannya di depan para petinggi kota.

Yang boleh masuk, selain petugas jaga, dan tentunya panitia, adalah mereka yang diberikan kartu identitas khusus yang harus digantungkan di dada. Fotografer atau wartawan yang mau meliput pun harus mendapatkan ID Card ini.

Sementara, saya sendiri bukanlah seorang wartawan, meski mengelola sebuah website bernama Lovely bogor. Karena kurang pengetahuan (meski sudah berulangkali meliput), saya tidak menyadari kalau tahun 2019, ketentuan ini berlaku.

Semua harus memakai ID.

Prinsip Satu Kamera Satu Lensa

Nah, lalu apa yang harus dilakukan karena saya tidak punya kartu identitas resmi? Pulang? Tentunya tidak karena event ini hanya diadakan setahun sekali. Kembali ke rumah tanpa hasil bukan sebuah pilihan.

Memotret di luar area steril sih bisa saja, tetapi biasanya menjadi sangat sulit dilakukan karena penontonnya begitu berjubel. Sulit sekali merekam pergerakan dan obyek menarik dalam kondisi padat dan penuh dengan orang.

Jadi, mau tidak mau lah, saya mencoba mencari cara untuk bisa memasuki area steril ini yang menjanjikan ruang lebih luas dan bisa sedekat mungkin dengan para peserta parade.

Agak ragu juga saat mencoba pertama kali mengingat penjaganya bukan sekedar Satpol Pamong Praja, tetapi polisi dan ada juga tentara.

Cuma, kebutuhan untuk menghasilkan foto untuk bahan cerita di website itu tidak bisa tidak harus dipenuhi. Kalau tidak, maka saya tidak punya apa-apa untuk ditulis dan ditampilkan.

Untungnya, rupanya tidak seseram yang dibayangkan.

Ketika pertama masuk ke dalam area itu, beberapa penjaga kawasan melirik, tetapi kemudian mengalihkan perhatiannya ke tempat lain. Pikir punya pikir, rupanya si DSLR di tangan itulah penyebabnya.

Bentuknya tidak berbeda dengan yang dibawa para fotografer resmi atau terdaftar. Jadi, mereka rupanya menganggap saya sama, yaitu fotografer atau wartawan yang sedang mencari berita atau foto.

Bisa juga mereka menganggap saya sebagai bagian yang memang harus diberi ruang khusus untuk mengabadikan festival itu.

Tantangan satu kamera satu lensa B

Entah yang mana alasannya sebenarnya, tetapi yang pasti saya bisa berlalu lalang, bahkan keluar masuk area itu dengan bebas. Tidak seperti beberapa penonton yang hanya membawa kamera smartphone saja.

Petugas meminta mereka untuk menepi dan berada di luar pagar pembatas bersama dengan penonton yang lain.

Jadi, kamera DSLR di tangan saat itu membawa keberuntungan. Keleluasaan diberikan lebih dibandingkan dengan penonton biasa.

Mungkin, hal itu terjadi karena masyarakat masih memandang bahwa memegang kamera DSLR atau Mirrorless sebagai sesuatu yang spesial. Rupanya masih banyak yang menganggap bahwa kamera jenis ini hanya dipergunakan oleh profesi jurnalis saja, meski kenyataannya tidak.

Yang manapun, dalam situasi seperti ini kamera DSLR memang memberikan keberuntungan bagi pemiliknya. Meskipun di tempat dan situasi yang berbeda, seperti di stasiun.

Di stasiun, menggunakan kamera DSLR bisa berujung pada teguran dari petugas keamanan padahal pengguna kamera smartphone bisa berselfie ria atau memotret berbagai bagian stasiun dengan bebas.

Yah, memang di dunia selalu ada dua sisi. Tapi setidaknya saya sudah tahu cara jika harus menghadiri event yang sama tahun depan. Yang pertama tetap saja, kalau bisa, saya akan mendapatkan kartu identitas, tetapi kalau tidak bisa, saya akan mengandalkan sang Canon 700D untuk mendapatkan keleluasaan tadi.

Semoga saja situasi masih seperti tahun ini.