Faktor Penentu Dalam Fotografi, Fotografer Atau Kamera ?

Ciliwung, Bogor – November 2017

Mau tahu satu hal dalam fotografi yang paling menyenangkan sekaligus paling menyebalkan? Tidak lain tidak bukan adalah ketika membahas tentang faktor penentu dalam fotografi, apakah fotografernya ataukah kameranya?

Percayalah akan ada dua kubu yang akan dengan ngototnya dan rela menghabiskan waktu lama hanya untuk membahas satu topik ini saja. Masing-masing akan dengan gigih mempertahankan argumennya.

  • Yang pertama akan mengatakan bahwa fotografernya lah yang paling berperan dengan argumen ” kamera bagus tapi dikendalikan oleh orang yang tidak tahu cara memotret, maka hasilnya tetap akan jelek”
  • Yang kedua akan mendebatnya bahwa “kamera APS-C jelas kalah kelas dari kamera Full Frame karena perbedaan sensornya, padahal ketajaman kamera adalah faktor penentu juga, di samping faktor yang lain”.

Hasilnya, seorang pemula yang membaca tulisan-tulisan yang seperti ini biasanya akan bingung dan bertanya kepada diri sendiri, jadi saya harus belajar teknis lebih banyak atau menabung untuk membeli kamera yang canggih?

Kepusingan yang wajar saja mengingat pada akhirnya perdebatan seperti ini tidak akan berujung dan selesai ketika semua capek berdebat sampai lupa pada kesimpulannya.

Saya pun pernah mengalami hal yang seperti itu ketika pertama kali masuk ke dunia ini.

Cuma, setelah beberapa waktu, saya menemukan jawabannya. Dan, jawaban itu saya pasang menjadi slogan dari blog LB Fotografi ini, yaitu “Fotografi bukan sekedar tentang kamera”.

Bisa menangkap maksudnya?

Mungkin akan ada yang berpikir bahwa saya condong pada sisi bahwa fotografernya lah yang menjadi faktor penentu. Bahkan, tidak salah kalau hal itu muncul pada diri Anda karena saya banyak mengulas dan mengajak agar tidak selalu berbicara tentang kamera saja.

Sebenarnya hal itu tidak salah, tetapi tidak benar juga. Tidak 100% benar, tidak 100% salah.

Prinsip Satu Kamera Satu Lensa
Cap Go Meh Bogor 2019

Pada dasarnya, saya menemukan bahwa kedua unsur tadi sangat penting dalam dunia fotografi.

Coba saja bayangkan sendiri :

  1. Ada kamera tidak ada fotografer : bisakah jadi sebuah foto?
  2. Ada fotografer tidak ada kamera : bisakah jadi sebuah foto?

Ini adalah titik ekstrim untuk menjawab pertanyaan di atas, mana yang lebih penting dalam fotografi, kamera atau fotografernya.

Pada dua titik ekstrim ini, terlihat bahwa keduanya penting. Ketiadaan yang satu akan meniadakan fotografi. Iya kan?

Keduanya berperan.

Sayangnya, belakangan ini, seiring dengan banyaknya tulisan atau artikel, buatan rekan sesama blogger (yang kadang jelas tidak mengerti fotografi), keseimbangan ini berubah. Hadirnya berbagai informasi terkait dengan kamera, seperti spesifikasi, kemudian kecanggihan, besarnya sensor, akhirnya menyingkirkan faktor yang satu lagi, manusianya – fotografernya.

Banyak orang yang berpikiran bahwa untuk menghasilkan foto yang berkualitas, bagus, dan enak untuk dilihat, cukup dengan membeli kamera canggih dengan sensor yang besar saja.

Padahal, hal itu tidak benar.

Kamera full frame canggih, lensa punya label L (Luxury), akan memberikan keuntungan banyak bagi seorang fotografer. Hasil foto kamera mahal terbukti lebih tajam, jelas, dan bisa menangkap detail lebih banyak. Hal-hal itu merupakan idaman bagi para fotografer manapun.

Jadi, kamera penting. Oleh karena itu, seorang fotografer harus berusaha juga mendapatkan kamera yang terbaik bagi dirinya.

Tetapi, hal itu baru 1/2 saja dari perjalanan menjadi fotografer yang baik. Untuk menghasilkan foto perlu fotografer untuk memakai kameranya. Dan, disini juga ada bagian penting, yaitu ide, visi, kreativitas, skill.

Seorang fotografer pemula yang baru bisa mengoperasikan kamera tentu akan sulit bersaing dengan fotografer sekelas Darwis Triadi, bahkan dengan kamera yang sama.

Skill dan kemahiran, beserta ide dan visi juga merupakan faktor penting yang tidak bisa tidak harus ada untuk menghasilkan sebuah foto yang bagus.

Tanpa itu, jangan harapkan hasilnya akan bagus.

Tidak Bisa Menemukan Obyek Untuk Foto

Jadi, saya menyadari bahwa jawaban terhadap perdebatan klasik itu sebenarnya bisa beragam dan tergantung pada kombinasi berbagai faktor. Tidak bisa digeneralisasi dan dijadikan patokan berlaku pada semua kondisi.

Sebagai contoh :

  1. Kamera jelek, skill fotografer jelek : hasil pasti jelek
  2. Kamera bagus, skill fotografer jelek : hasil foto tajam, tetapi tidak menarik
  3. Kamera jelek, skill fotografer mumpuni : hasil foto keseluruhan akan bagus, tetapi akan tetap kurang tajam
  4. Kamera bagus, skill fotografer mumpuni : idaman semua fotografer

Kombinasi jawabannya masih banyak lagi. Tidak ada jawaban yang bisa berlaku umum dan kemungkinannya sangat banyak.

Hal ini menunjukkan saja, bahwa kalau mau menjadi fotografer handal dan profesional, akan selalu ada dua sisi yang harus dikejar oleh seseorang, yaitu

  1. berusaha terus mengasah skill dan kemampuannya
  2. menemukan kamera yang terbaik bagi dirinya (belum tentu yang tercanggih karena tergantung pada banyak hal lainnya)

Keduanya penting dan perlu. Bukan pilihan yang harus dipilih. Keduanya merupakan faktor vital yang harus dimiliki seorang fotografer.

Itulah jawaban yang saya temukan selama menekuni fotografi.

Dan, saya menyadari juga bahwa hal yang seperti ini, sebenarnya tidak perlu diperdebatkan atau dibahas panjang lebar. Lebih baik berfokus diri pada melakukan yang terbaik dengan kamera yang ada di tangan, yaitu dengan melatih diri terus menerus.

Berdebat tidak akan menjadikan diri kita pandai memotret, tetapi berlatih ya.

Jadi, saya akhir saja tulisan ini disini karena sebenarnya tidak banyak gunanya, kecuali memastikan bahwa blog ini terupdate dengan tulisan baru.