Sebuah pertanyaan yang akan selalu menggelayut dalam hati para penggemar fotografi jalanan adalah, “Apakah mereka akan marah?”, “Apakah mereka akan mengejar?”. Apalagi jika perjalanan hunting foto tersebut dilakukan sendirian. Rasa itu akan semakin membesar ketika menemukan obyek berupa orang yang menarik di jalanan.
Tentu saja, bagaimanapun perasaan takut seperti itu wajar muncul apalagi yang kita lakukan adalah memotret orang asing di jalanan. Asing dalam hal ini adalah orang yang tidak kita kenal.
Pastilah. Tidak semua orang akan suka dipotret oleh orang yang tidak dikenal dan takut disalahgunakan.
Jadi, ketakutan seperti itu wajar saja hadir dalam hati.
Tetapi, kenyataannya tidaklah perlu terlalu takut. Pengalaman saya sendiri dalam berburu momen di jalanan Kota Bogor menunjukkan hal yang berbeda. Ternyata, tidak seperti yang dibayangkan, kebanyakan orang tidak menunjukkan emosi berlebihan atau marah ketika kamera diarahkan kepada mereka.
Bahkan, tidak jarang mereka tersenyum dan minta difoto lagi. Sering pula mereka mengajak berbincang dan kemudian tertawa bersama.
Tidak semua. Ada juga yang menunjukkan rasa tidak suka, tetapi tidak ada yang pernah sampai marah-marah dan mengejar untuk merebut kamera. Belum pernah saya mengalaminya.
Paling jauh adalah mereka memalingkan muka dan mengangkat tangan tanda tidak setuju untuk dipotret. Ketika kamera diturunkan, ada yang tertawa sambil menggelengkan kepala, ada yang merengut, tetapi tidak pernah sampai terjadi bentrokan.
Jadi, pada dasarnya tidak perlu takut untuk mencoba memotret orang asing di jalan. Situasinya tidak seburuk yang dibayangkan. Kebanyakan orang tidak mennganggapnya itu sebuah masalah, apalagi kalau yang memotret juga paham cara mendekati obyeknya.
Memang akan menjadi cukup berat jika yang memotret baru pertama kali atau belum terbiasa dalam hunting foto di jalan sendirian. Itu juga sesuatu yang normal karena butuh waktu pembiasaan agar sang fotografer bisa meredam perasaan takut dimarahi dan bentrok.
Butuh waktu, sama seperti banyak hal lain.
Hal seperti inipun ada pemecahannya. Ada beberapa cara agar bisa memotret orang asing di jalanan tanpa harus kontak mata langsung dengan obyeknya, seperti :
Pergunakan lensa zoom
Semakin besar semakin baik, seperti 55-250 mm atau 70-300 mm : dengan menggunakan lensa seperti ini, sang pemotret bisa mengatur jarak dengan yang dipotret dan membuat obyeknya tidak menyadari dirinya menjadi bidikan kamera
Mengatur Komposisi Foto
Tidak semua foto memerlukan posisi obyek yang menghadap kamera. Yang memotret harus berpikir tentang ide penempatan obyek/orang sebisa mungkin agar pemotretan bisa dilakukan secara candid, tersembunyi.
Tidak selalu fotografi jalanan harus memperlihatkan wajah obyeknya. Terkadang punggungnya saja juga sudah cukup.
Butuh pengembangan ide tentang foto untuk memposisikan orang yang dimaksud dalam bingkai foto.
Memotret Di Pinggang (Pura-Pura Mengutak Atik Kamera)
Salah satu keuntungan kamera dengan lensa vari-angle adalah kita bisa berpura-pura melihat foto di layar LCD. Padahal, sebenarnya lensa diarahkan ke obyek dan pemotret mengamati via layar monitornya (live-view)
Bisa juga dengan menempatkan kamera pada posisi pinggang atau perut sambil membuat komposisi via monitor. Tidak nyaman sebenarnya, tetapi daripada merasa was-was. bisa dipergunakan.
Beberapa cara itu adalah yang biasa saya pakai saat mengambil foto orang tak dikenal di jalanan. Silakan mencari sendiri cara yang lain sesuai dengan situasi dan perlegkapan di tangan.
Bagaimana kalau ketahuan?
Tidak berarti cara di atas bebas dari kemungkinan disadari oleh obyeknya. Tetap ada resiko ketahuan.
Ternyata, selama ini penyelesaiannya sederhana saja.
- Tersenyum
- Lambaikan tangan sambil tersenyum atau acungkan jempol
Ya. Itu saja. Karena kenyataannya tidak seburuk yang dibayangkan. Memotret orang asing di jalanan tidak semenakutkan apa yang ada di benak kita.
Bahkan, bisa menjadi pembuka untuk berkomunikasi dengan orang lain dan menambah teman.
Enjoy saja!