Tidak Semua Foto Harus Indah Dan Sesuai Teknik Fotografi Untuk Bisa Menghadirkan Rasa Dan Emosi Pada Yang Melihat

Ada satu alasan mengapa para fotografer berjuang untuk mempelajari berbagai teknik fotografi. Mereka menghabiskan ribuan jam hanya untuk berusaha membuat foto-foto karyanya menjadi indah. Semua itu dilakukan hanya untuk mencapai satu tujuan, menghasilkan foto yang bisa menarik emosi dan rasa yang melihatnya.

Dengan bisa membuat emosi dan rasa timbul, maka akan terjalin ikatan antara foto dan yang melihat. Dengan begitu, fotonya menimbulkan kesan pada mereka yang melihat. Yang melihat jadi terikat karena ada rasa bahagia, indah, sedih, cemas, gembira, takut di hati mereka.

Saat itulah sebuah foto menjadi bermakna, baik bagi yang membuat ataupun yang melihat.

Susah? Apakah kehidupan dalam dunia fotografi selalu seperti itu.

Yah, ternyata tidak demikian, setidaknya semua orang yang memotret tidak selalu berpandangan bahwa kegiatan memotret sebegitu sulitnya. Bahkan, mayoritas bisa menghadirkan faktor emosi dan rasa dalam foto-foto mereka tanpa perlu menghabiskan banyak waktu, tenaga dan uang.

Tidak percaya?

apa itu digital image 3

Cobalah tanyakan pada seorang ibu yang memotret anaknya yang sedang bermain. Bisa juga, tanyakan kepada seorang bapak yang memotret anak laki-lakinya pada saat acara kelulusan atau wisuda.

Banyak dari orang-orang tersebut yang paham bagaimana cara memotret anak yang baik . Kebanyakan tidak tahu caranya membuat bokeh. Yang mereka tahu adalah memakai mode auto dan memotret anak-anak mereka.

Hasilnya? Percayalah, bahwa meskipun foto tersebut miring dan karena mereka tidak memperhatikan garis horison, foto-foto tersebut akan selalu menimbulkan rasa dan emosi di dalam hati yang melihatnya.

Paling tidak, foto-foto itu akan membuat sang ayah atau ibu meneteskan airmata ketika memandangnya 5-10 tahun kemudian. Para tetangga yang diperlihatkan pun akan ikut merasa gembira dan bangga.

Emosi dan rasa itu hadir, bahkan tanpa memanfaatkan teknik fotografi paling sederhana sekalipun, semua yang melihat akan merasakan rasa dan emosinya.

Foto itu tidak akan indah menurut para fotografer, tetapi sangat “indah” bagi para orangtua, yang melihatnya. Kenangan masa kecil, masa indah, masa bahagia terekam dengan sempurna, tanpa perlu bokeh atau apapun.

Pada saat itu, sebuah karya foto dari fotografer paling terkenal pun tidak akan bisa mengalahkan sebuah foto anak sedang bermain atau berpakaian gagah saat diwisuda.

Bukan begitu?

Tidak selalu, foto itu harus indah dan dibuat dengan teknik tinggi untuk bisa menghadirkan rasa dan emosi bagi yang melihat. Ada banyak hal lain. Salah satunya adalah keterikatan antara yang memotret dan obyeknya.

Keterikatan antara seorang ayah/ibu dengan seorang anak, akan membuat rasa dan emosi itu terekam dengan sempurna pada sebuah foto. Sesuatu yang tidak akan hilang bahkan setelah berpuluh tahun, dan bahkan justru akan terus menguat dengan berlalunya waktu.

Tidak selamanya teknik fotografi kelas dewa diperlukan untuk menghasilkan foto yang menimbulkan rasa dan emosi pada yang melihat. Hal itu akan tergantung pada banyak hal.

Salah satunya hubungan antara yang memotret dan yang dipotret, serta tujuan sebuah foto dibuat. Dimana keterikatan rasa itu sudah ada dan hanya perlu diabadikan, dengan cara apapun dan dengan kamera apapun.

Jika, keterikatan itu sudah ada, maka dunia fotografi akan terlihat sebagai dunia yang berbeda. Mudah dan penuh kebahagiaan.