3 Tingkah Para Ponselgrafer Yang Menjengkelkan Saat Sesi Pemotretan Pernikahan

Tidak menyenangkan sebenarnya memberi istilah ponselgrafer pada para pemotret yang memakai smartphone atau ponsel. Juga tidak ada niatan untuk merendahkan mereka yang memotret memakai ponsel. Saya lebih suka menyebutnya dengan fotografer saja karena pada dasarnya memang mereka tetap seorang juru potret .

Pemakaian istilah ini hanya agar bisa menggambarkan dan membedakan tugas dan fungsi saja dalam sebuah sesi pemotretan pernikahan/perkawainan atau sering disebut wedding photoshoot atau coverage.

Kebetulan baru satu minggu yang lalu, tim Lovely Bogor Digital menjalankan tugas sebagai tim fotografer dalam sebuah sesi pernikahan.

Berdasarkan pengalaman tersebutlah ternyata saya mengalami berbagai hal yang menjengkelkan yang dilakukan para pengguna ponsel dan kebiasaannya. Tidak heran kalau banyak yang mulai merasa resah terhadap hal yang satu ini, termasuk saat kejadian kecelakaan di Cibubur beberapa waktu lalu dimana banyak orang lebih suka memotret dan merekam daripada memberi pertolongan.

Kebiasaan banyak orang yang memilih “membuat konten” dibandingkan melakukan yang seharusnya memang sudah sampai tahap yang menyebalkan. Mereka seperti sibuk sendiri dan tidak peduli dengan etika atau yang seharusnya dilakukan.

Hal itu kami temui sendiri saat melakukan sesi pemotretan pernikahan di sebuah hotel di Jakarta saat itu. Tingkah laku mereka benar-benar bikin dongkol dan sempat membuat kami terpaksa “agak keras” dalam menghadapinya.

Nah, dari semua tingkah laku para ponselgrafer ini ada 3 yang paling menjengkelkan sekali.

1> MENGHALANGI

Keinginan untuk segera menayangkan konten di akun Instagram atau Facebook benar-benar membuat lupa banyak orang bahwa tim fotografer yang bertugas, membutuhkan ruang agar hasil momen pernikahannya bagus.

Pada momen-momen krusial, seperti ijab kabul atau pemberkatan pernikahan, mereka kerap seperti laron melihat lampu. Bukan hanya memotret dari posisinya, tetapi bahkan langsung bergerombol datang mendekati tempat dimana momen berlangsung.

Hasilnya, justru mereka kerap menjadi pengacau dan menutupi dua obyek utama yang seharusnya menjadi sasaran foto tim fotografer yang bertugas.

Mereka tidak peduli kalau keberadaan mereka justru menjadi penghalang dan pengganggu pemenuhan keinginan duo pengantinnya.

2> MERASA DIRINYA PENTING

Kehadiran mereka penting bagi calon pengantin dan keluarganya. Oleh karena itu mereka diundang.

Namun, ternyata banyak yang menganggapnya sebagai hak untuk menyuruh orang lain menyingkir ketika mereka hendak memotret.

Bahkan, tim fotografer resmi yang ditugaskan dan dibayar pun tidak segan “DIUSIR” ketika mereka hendak memotret. Padahal, saat itu tim fotografer sedang berjuang mengabadikan momen penting bagi kedua mempelai.

Hal itu saya alami sendiri ketika diminta menyingkir padahal sedang bersiap mencoba merekam momen mesra mempelai di pelaminan.

Untungnya, saya langsung membalas dan mengatakan bahwa saya sedang bertugas untuk memotret pengantinnya.

3> MENYERAHKAN SMARTPHONE DAN MEMINTA TOLONG UNTUK DIPOTRET BERSAMA MEMPELAI

Dalam sebuah sesi pemotretan pernikahan sudah biasa bahwa ada foto bareng mempelai dengan para tamu.

Tugas tim fotografer untuk melakukannya. Hal itu juga tidak mudah.

Nah, biasanya karena mereka ingin segera upload di medsos, tidak segan mereka menyerahkan smartphone mereka ke tim fotografer dan minta dipotretkan memakai gadget mereka.

Padahal, tugas tim fotografer resmi di acara seperti itu sudah lumayan banyak dan mereka harus membawa perlengkapan juga. Belum lagi, kalau ditambahkan bahwa waktu sempit dan terbatas, jika resepsi pernikahannya dilakukan di gedung.

Hanya sekedar untuk memuaskan nafsu ingin segera update status, mereka tidak peduli bahwa hal tersebut mengganggu tim fotografer yang sedang bertugas. Mereka mengambil waktu yang seharusnya disiapkan untuk kedua mempelai, bukan mereka karena para mempelai itulah yang membayar.

Bila hanya satu dua orang bisa dimaklum, tetapi hampir semua tamu undangan yang hadir meminta hal itu dilakukan. Padahal, jumlahnya lumayan banyak. Untungnya, saat terjun kemarin, jumlah anggota cukup banyak, jadi semua tetap bisa tercover.


Baca juga

Kegembiraan dan antusiasme yang sangat dimaklum. Namun, tidak berarti tingkah laku seperti itu. Namun, hal itu tidak berarti sisi etika dan empati dihilangkan.

Tingkah laku para ponselgrafer yang menjengkelkan seperti itu bisa mendatangkan kerugian bagi pihak mempelai dan tim fotografer resmi sendiri.

Mempelai yang membayar jasa tim fotografer sangat mungkin tidak mendapatkan hasil maksimal sesuai yang diharapkan karena tim fotografer terganggu dalam menjalankan tugasnya.

Tim fotografer yang dibayar pun berada dalam resiko namanya jelek karena tidak bisa menghasilkan karya sesuai ekspektasi. Padahal, semua itu karena adanya gangguan di lapangan. Mereka bisa dianggap jelek dan tidak mampu bertugas padahal penyebabnya adalah orang-orang yang terlalu sibuk dengan kepentingan sendiri, yang sebenarnya tidak penting.

Sebuah sikap yang sayangnya seperti dianggap biasa oleh banyak orang dan terus saja dilakukan.

Hiks.

Leave a Comment