Teknik pemotretan “long shot” atau “long shoot” kerap juga disebut dengan “wide shot” atau “full shot”.
Istilah ini sebenarnya mencerminkan bagaimana sebuah obyek (subyek utama) ditampilkan dalam frame, atau bidang foto. Dalam teknik long shot, obyeknya dihadirkan “secara keseluruhan”, lengkap. Misalkan, obyeknya manusia, maka seluruh bagian tubuhnya akan terlihat di bidang foto.
Bidangnya sendiri bisa berbentuk vertikal atau horisontal. Tidak ada batasan dalam hal ini.
Teknik ini pada dasarnya adalah sesuatu yang umum dilakukan dalam pemotretan. Masyarakat awam biasanya akan mengupayakan fotonya menampilkan seluruh bagian obyeknya.
Dalam teknik pemotretan long shot, secara garis besar dibagi menjadi tiga. Yang satu sebenarnya bisa mengundang perdebatan karena tidak sesuai dengan “definisinya” yang “menampilkan seluruh bagian secara keseluruhan.
Nah, apa saja tiga jenis teknik long shot?
1. Long Shot
Pada long shot tipe dasar, meskipun obyek ditampilkan secara utuh, harus diupayakan agar tersisa ruang (padding) antara bagian terakhir obyek dengan garis frame.
Contoh dalam foto pertama tetap ada ruang “kosong” di bagian atas dan “sangat sedikit di bagian bawah. Pada foto kedua terlihat ruang itu ada pada atas-bawah, dan di kiri.
2. Extreme Long Shot
Teknik yang satu ini sebenarnya sederhana, background dibuat lebih “luas” dan obyek menjadi terlihat kecil.
Tujuannya biasanya memang untuk menampilkan kesan luas pada foto.
3. Medium Long Shot
Teknik yang ini sangat mungkin mengundang perdebatan karena tidak sesuai dengan definisi “menampilkan obyek secara keseluruhan”. Medium long shot membatasi pemotretan pada “sebagian besar obyek”, tidak seluruhnya.
Pada manusia, batasannya kira-kira dari lutut ke atas.
Contohnya, seperti di bawah ini.
Yang harus diingat dalam pembahasan istilah seperti ini adalah teknik dalam fotografi bukanlah sesuatu yang bersifat mutlak. Sebaiknya dipandang sebagai sebuah panduan.
Salah satunya adalah masalah pemberian “ruang kosong” antara obyek dengan batas bidang. Ada yang menyebutkan sebuah keharusan, tetapi ada juga yang tidak.
Belum lagi harus dipertimbangkan bahwa obyeknya sendiri tidak selalu berupa manusia. Bisa saja obyeknya berbentuk benda yang tidak memiliki kaki atau kepala.
Pembahasan teori seperti ini hanyalah untuk memberikan pemahaman tentang berbagai teknik yang berbeda yang bisa membantu memahami cara memotret saja.
Lagi pula, bukankah yang terpenting dari fotografi adalah menghasilkan sebuah foto yang menarik? Seberapapun banyak teori yang kita hapal tidak akan ada artinya kalau kita tidak bisa menghasilkan sebuah foto yang menarik, iya nggak sih?