Tentu saja ini hanyalah sebuah teori dari seorang fotografer amatir saja, tetapi saya rasa tidak salah. Seorang pemotret sudah seharusnya memperhatikan tentang besar kecil ukuran obyek yang ada dalam foto karena hal itu berpengaruh pada peran mereka dalam sebuah foto.
Semakin besar ukuran sebuah obyek dalam bidang foto, maka obyek tersebut secara otomatis akan mendapatkan “peran utama” dan memang diharapkan begitu. Perhatian pemirsa foto diharapkan untuk terfokus pada bagian ini.
Sebaliknya, semakin kecil ukuran obyek, maka perannya akan mengecil dan terkadang sekedar menjadi sebuah pelengkap saja.
Hal ini tidak berbeda seperti yang dilakukan dalam sebuah film atau sinetron. Pemeran utama akan mendapatkan porsi terbesar dan akan muncul di sebagian besar bagian film, sebaliknya “figuran” atau “peran kecil” hanya akan terlihat sesekali saja dan dalam adegan yang tidak terlalu penting.
Konsep yang sama sebenarnya berlaku dalam memotret, porsi bagian akan menentukan perannya dalam foto tersebut.
Untuk itulah seorang pemotret harus berpikir terlebih dahulu sebelum menekan tombol shutter release. Ia harus menentukan dulu, obyek mana yang akan mendapatkan penekanan dan dilabeli sebagai “peran utama” dalam fotonya.

Kalau menurut saya, maka seharusnya ada 5 kategori ukuran obyek dan nuansa yang dihasilkannya.
1. Ukuran Super Besar
Sebagai contoh obyek “super besar” dalam hal ini biasa terlihat dalam foto berjenis portrait. Obyeknya sering memenuhi hampir seluruh bidang foto dan tidak jarang seluruh bagiannya tertutupi oleh si obyek.
Tidak perlu dipertanyakan lagi mana obyek utamanya. Malah, sebenarnya biasanya dengan memenuhi bidang foto, seorang fotografer bisa memperlihatkan bagian paling “menarik” dari obyek tersebut.
Ukuran super besar biasanya berkisar antara 70-100% bidang foto akan ditempat obyeknya.
Selain jenis portrait, pemakaian obyek super besar juga dipakai dalam fotografi makro.

2. Ukuran Besar
Pada dasarnya tidak ada ukuran pasti mengenai “besar” dalam hal ini, tetapi obyek yang memenuhi ruang antara 60-70% dari bidang foto layak disebut besar.
Dalam hal ini, pemotret jelas bertujuan untuk menjadikan obyek tersebut sebagai pemeran utama dalam fotonya. Hanya saja, ia juga ingin menghadirkan suatu nuansa oleh karena itu ia tidak memenuhi bidang foto, sehingga latar belakang bisa menjadi “peran pembantu”.
Foto dengan model biasanya menggunakan teknik seperti ini. Begitu juga fotografi makanan (food photography).

3. Ukuran Seimbang
Seimbang bukan berarti harus 50-50. Ukuran obyeknya terkadang bisa di bawah porsi latar belakangnya. Mungkin antara 30-60% bisa dimasukkan dalam kategori seimbang.
Bila tanpa bokeh atau latar belakang blur, maka sulit bagi pemirsa untuk menentukan mana yang harus dilihat terlebih dahulu. Obyeknya atau latar belakangnya karena keduanya seimbang.
Ukuran foto ini biasa ada dalam foto dokumentasi wisata dimana pemotretnya terkadang bingung mau menekankan pada obyek atau latar belakang. Ia ingin menyampaikan bahwa si A pernah ke tempat itu.

4. Ukuran Kecil
Jika obyeknya kecil, bisa dikata sebenarnya subyek fotonya berubah. Penekanannya tidak lagi pada obyek tetapi pada latar belakang dan cerita secara keseluruhan.
Pemotretnya lebih ingin memperlihatkan “sesuatu” di luar obyeknya. Perannya sebagai pelengkap, tetapi masih mendapat porsi dan kalau dihilangkan nuansa fotonya akan berbeda.
Ukuran obyeknya berkisar antara 15-30% bidang foto atau kurang.

5. Ukuran Super Kecil
Kalau ukuran obyek hanya antara 1-15% , bolehlah disebut super kecil dan itu biasanya karena sang fotografer lebih mementingkan cerita secara keseluruhan atau obyeknya sudah berganti. Latar belakangnya lah obyek yang sebenarnya.
Peran obyeknya sendiri bisa dikata figuran dan ketidakhadirannya pun sebenarnya tidak mengganggu. Penambahannya pada foto biasanya sebagai pelengkap saja.
Ukuran obyek seperti ini biasanya ada pada foto lanskap.

♦
Ini hanya teori saja. Ukuran yang dipakai bukanlah sebuah kepastian karena pada prakteknya susah mengukur dengan tepat. Juga, dengan catatan, tidak ada bokeh atau latar belakang blur yang dipakai. Kalau bagian itu ada, maka ceritanya akan berbeda karena secara otomatis bagian yang tajam dan jelas adalah peran utamanya, seberapapun kecilnya.
Baca juga : Konsep Fotografi Ruang Negatif (Negative Space)
Hanya saja, dengan mengatur besar ukuran obyek, pemotret bisa menentukan, bukan hanya perannya dalam foto, tetapi juga nuansa foto. Pemotret bisa mengarahkan mata pemirsanya pada bagian yang ingin ditonjolkan.
Sekali lagi, ini hanyalah teori. Bukan kepastian.