Coba cek foto yang tersimpan di ponsel Anda ? Sudah ada berapa ? Pasti sudah ada ratusan. Iya kan ? Bagaimana rasanya saat mencari foto yang dibutuhkan? Rasanya pasti tidak menyenangkan karena harus melihat satu persatu. Benar lagi kan?
Nah, itu tandanya Anda harus sudah mulai membuat arsip foto, yang terorganisir dan rapi, tentunya. Tujuannya, tentu supaya kerepotan ini tidak terulang.
Fotografi digital memang menyenangkan, terutama dalam hal biaya yang harus dikeluarkan. Tidak lagi mahal seperti di masa zaman fotografi analog dimana kita harus mengeluarkan uang lumayan banyak, untuk membeli film dan kemudian mencetaknya.
Belum lagi waktu yang diperlukan.
Dengan kamera digital jenis apapun, bahkan yang termurah sekalipun sudah membuat hidup seorang fotografer lebih mudah. Tinggal jepret, lihat di layar monitor hasilnya. Kalau suka simpan, kalau tidak tekan tombol delete.
Murah banget.
Dan, hasilnya, kita memotret banyak dan lebih banyak lagi. Terkadang melebihi yang kita butuhkan. Toh tidak mengeluarkan biaya lagi, selain kameranya.
Ujungnya, sering kita berhadapan pada situasi dimana kebingungan hadir saat mencari sebuah file foto karena lupa dan bingung dimana menyimpannya. Belum lagi biasanya jumlahnya mencapai ribuan.
Memang, baik smartphone atau komputer masa sekarang, sudah ada kolom pencarian yang mempermudah. Tetapi, fitur ini akan memerlukan “kata kunci” tertentu agar bisa menemukan yang dicari. Tanpa itu, sebenarnya fitur ini tidak berguna banyak.
Dan, kalau fitur ini tidak bisa berfungsi, mau tidak mau kita harus mencarinya secara manual, alias melototin foto satu persatu sampai yang dicari ditemukan.
Untuk itulah, kita harus memastikan bahwa semua file foto sudah diarsipkan dan disusun secara rapi. Semua itu untuk mempermudah diri sendiri.
Cara membuat arsip foto mudah kok. Yang diperlukan hanyalah sedikit kemauan, waktu, dan kekonsistenan. Tidak beda dengan mengarsipkan pekerjaan kantor.
7 Tips Membuat Arsip Foto Yang Rapi Dan Terorganisir
1. Siapkan “tempat”
Tempat dalam hal ini bukan berarti harus selalu sebuah hard disk atau komputer khusus, meski kalau memang mampu ya sediakan. Tempat disini bisa juga berupa folder khusus dalam komputer untuk menampung semua hasil foto yang ada.
Hal ini untuk memisahkan antara file foto dengan file jenis lain dan dengan begitu kita bisa langsung menuju “tempat” ini saat mencari foto
2. Rutin pindahkan foto
Tempat sudah ada, tetapi kita malas melakukan pemindahan, artinya sama saja. Tidak berjalan.
Jadi, rutinlah lakukan pemindahan. Tetapkan waktunya, misalkan satu atau 2 minggu sekali.
Yang terbaik sebenarnya adalah dengan langsung mengarsipkan foto tidak berapa lama setelah kita melakukan pemotretan. Dengan begitu, ingatan tentang foto tersebut masih fresh untuk melakukan langkah berikutnya.
3. Beri nama / keterangan / tanggal
Jika fotonya sedikit, beri nama foto-foto tersebut dengan kata-kata yang terkait momen saat foto itu diambil, seperti “Kondangan si Anu 2 Oktober 2019” atau “Jalan-jalan ke Semarang 2018”.
Hal ini juga akan mempermudah fitur pencari di komputer atau android untuk menemukannya karena ada “kata kunci” atau “keyword” yang bisa dipergunakan.
Kalau memang, jumlahnya banyak dan akan sangat merepotkan memberi nama satu persatu, buat saja satu folder khusus dan beri nama foldernya saja. Hal itu sama saja karena fitur pencari akan menemukannya juga.
Bisa juga dibuat “folder besar”-nya dulu berdasarkan tahun, dan kemudian buat sub folder dengan “nama-keterangan”.
Contoh :
4) Pisahkan File Master / Asli
Zaman sekarang, tidak mengedit foto rasanya kurang afdol. Nah, sebaiknya jangan pernah memakai “Save” karena file aslinya akan tertimpa.
Akan lebih baik kalau kita membuat folder untuk file asli dan kemudian membuat copy dari file itu sebelum mengedit.
Lakukan pengeditan di folder terpisah dan biarkan file asli tetap seperti apa adanya.
Jadi, kalau ada kegagalan dalam pengeditan, masih ada file asli untuk melakukan ulang.
Jangan simpan file hasil editan di folder yang sama. Buatkan folder tersendiri agar tidak rancu dan memusingkan saat mencari.
5) Pisahkan File RAW
Memotret dengan mode RAW sekarang sudah banyak dilakukan. Sayangnya, kalau tercampur dengan file lain, hal itu bisa membingungkan juga mengingat file RAW harus dibuka dengan software khusus. Bayangkan saja kalau diminta klien atau bos untuk mengirim sebuah file foto, yang kita kirim masih dalam bentuk RAW. Padahal si bos gaptek dan tidak tahu.
Pastinya tidak akan menyenangkan.
6) Buat Backup atau Cadangan
Yang namanya kecelakaan bisa terjadi kapan saja. Hard disk jebol karena kepenuhan atau sudah uzur bisa menyebabkan hilangnya arsip foto hasil kerja bertahun-tahun.
Pastikan ada cadangannya.
Bisa pergunakan penyimpanan online, seperti Google Drive untuk menyimpan foto-foto yang paling penting. Lebih baik lagi, kalau beli hard disk eksternal. Lebih baik dari lebih baik, ada hard disk eksternal, sekaligus penyimpanan online.
Pastikan semua foto hasil jerih payah dan “bernilai” tidak sampai menguap entah kemana.
Rasanya sangat menyebalkan (saya merasakan sendiri).
7) Buang yang jelek atau tak terpakai
Sama seperti di kantor juga, dimana arsip yang sudah tidak terpakai akan dibuang, begitu juga saat mengarsipkan foto.
Saat menyimpan yang baru, lakukan juga seleksi ulang terhadap arsip foto yang ada. Apakah masih diperlukan atau tidak? Apakah memang masih bernilai atau tidak?
Kalau tidak didelete saja. Lumayan bisa menghemat kapasitas penyimpanan.
—-
Tipsnya itu saja. Cuma kata pentingnya sebenarnya ada di nomor 2, yaitu rutin. Tanpa itu, arsip foto yang kita buat akan tetap penuh dan acak-acakan. Suatu waktu yang seperti ini akan menghadirkan kerepotan bagi diri sendiri
Semoga bermanfaat.