Salah satu jenis bisnis yang mulai marak seiring dengan berkembangnya dunia fotografi adalah jasa penyewaan perlengkapan fotografi. Bisnis ini menawarkan kepada masyarakat untuk menyewa, kamera, lensa, dan peralatan terkait dengan dunia merekam momen ini.
Jumlah penyedia jasa seperti ini semakin hari semakin bertambah. Sebuah hal yang tidak mengherankan karena minat masyarakat untuk berkecimpung dalam fotografi juga meningkat.
Jenis kamera yang ditawarkan biasanya bervariasi, mulai dari kelas APS-C dengan cropped sensor atau full frame. Umumnya penyedia jasa rental kamera akan menyediakan kamera kelas high-end, seperti kelas full frame karena kamera jenis ini harganya mahal dan belum banyak dimiliki orang (kecuali yang berduit).
Penyedia jasa penyewaan ini, umumnya menyediakan berbagai jenis kamera dan lensa dari kelas DSLR (Digital Single Lens Reflex) dan Mirrorless, termasuk aksesori yang berkaitan dengannya, seperti lensa, tripod, peralatan lighting dan lainnya.
Peralatan tambahan yang ditawarkan oleh penyedia jasa jenis ini adalah perlengkapan untuk membuat video.
Kehadiran penyedia jasa penyewaan seperti ini dipandang sebagai sesuatu yang menguntungkan oleh banyak orang.
Bagaimana tidak, kesempatan untuk bisa merasakan berbagai kamera yang biasanya hanya diketahui lewat tulisan di media atau internet, bisa dicoba langsung. Apalagi, tentunya tanpa harus membeli barang tersebut yang harganya tidak murah dan bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Ada beberapa alasan seseorang menggunakan jasa penyewaan kamera/lensa ini, umumnya terkait dengan beberapa hal ini :
- tidak mau repot : kalangan traveler/wisatawan yang ingin bisa merekam kisah perjalanan tetapi tidak mau direpotkan dengan harus membawa banyak barang selama perjalanan
- untuk bisnis : kalangan fotografer pro yang melayani klien dan membutuhkan perlengkapan yang lebih baik dari yang sudah dimiliki
- untuk belajar : kalangan mahasiswa yang butuh peralatan untuk mengerjakan tugas (terutama mereka yang belajar digital marketing atau desain) atau memang hendak belajar memotret
- untuk mencoba: mendapatkan sensasi menggunakan kamera yang lebih canggih dari yang dipunya
- untuk membuat ulasan : kalangan blogger atau media yang butuh merasakan pengalaman menggunakan sebuah alat sebelum kemudian membuat ulasan
- mereka yang mau membeli : ulasan di media memang membantu, tetapi tidak ada yang lebih baik merasakan sendiri menggunakan sebuah barang sebelum memutuskan pembelian melakukan pembelian
- Jasa dokumentasi murah : menyewa jasa fotografer profesional untuk merekam sebuah acara tidaklah murah, lalu mengapa tidak menyewa kamera saja dan kemudian minta tolong kepada kawan/saudara yang bisa memotret?
Memang kenyataannya menyewa kamera atau lensa dari jasa penyewaan seperti ini menguntungkan, tetapi dengan beberapa catatan tertentu. Meski terlihat penyewa akan diuntungkan, tetapi tidak selalu demikian adanya. Penyewa pun sebenarnya bisa mengalami kerugian kalau tidak memperhatikan beberapa hal.
Dari sisi positifnya, bisa terlihat di bawah ini berbagai keuntungan yang bisa didapatkan saat menyewa kamera, lensa, atau perlengkapan fotografi lainnya.
1> Keuntungan menyewa kamera , lensa, dan perlengkapan lainnya

Biaya rendah :
Tentu saja kalau dibandingkan dengan membeli maka biaya yang dikeluarkan akan jauh lebih murah.
Sebagain contohnya, kalau ingin mencoba merasakan kamera full-frame Sony A7 III, tidak perlu harus mengeluarkan uang 35 jutaan. Cukup dengan mendatangi tempat penyewaan alat fotografi dan keluarkan uang sekitar Rp. 500.000 saja, Anda bisa merasakan sensasi kamera full frame, meskipun hanya untuk satu hari.
Mengurangi kerepotan :
Tahu repotnya membawa bagasi saat bepergian, baik untuk berwisata atau kemanapun? Pasti tahu dong. Itulah alasan mengapa banyak orang berusaha mengurangi benda yang mereka bawa saat traveling, yaitu agar mereka tidak repot dan terbebani.
Kamera digital , DSLR/Mirrorless masa kini memang sudah ringan. Beratnya sekitar1-1 1/2 kilogram saja. Ringan? Bisa jadi, tetapi biasanya untuk memotret butuh lensa tambahan, seperti 50 mm untuk portrait, wide lens untuk pemandangan, atau tele untuk kegiatan lain.
Otomatis berat perlengkapan memotret yang harus dibawa bisa mencapai 5 kilogram sendiri.
O ya, jangan lupakan juga bahwa kamera dan lensa bukan sembarangan bagasi karena ringkih dan tidak bisa diperlakukan seperti biasa. Pilihan terbaiknya adalah terus membawanya selama perjalanan.
Pasti akan ada tambahan kerepotan yang lumayan jika harus membawa kamera dan aksesorinya sejak dari rumah ke tujuan.
Bayangkan berkurangnya kerepotan itu kalau kamera bisa ditinggal di rumah saja. Untuk merekam momen di tempat tujuan? Pergi saja ke jasa penyewaan kamera terdekat dan kemudian pilih kamera yang diinginkan.
Menghindarkan kekecewaan :
Membaca ulasan atau review tentang kamera merupakan salah satu langkah yang baik sebelum memutuskan untuk membeli. Sayangnya, dengan banyaknya ulasan bersifat promosi yang dilakukan produsen, penilaian kerap kali menjadi biasa dan kadang tidak mewakili kenyataan yang ada.
Tambahkan juga fakta bahwa banyak tulisan para blogger tentang sebuah produk kamera yang diberi label serba terbaik, padahal mereka belum pernah mencobanya sama sekali. Lebih lucu ada yang dibuat oleh mereka yang tidak pernah memotret.
Tidak heran kalau banyak yang kemudian kecewa setelah membeli karena performa kamera/lensa tidak sesuai dengan yang mereka baca.
Kekecewaan seperti itu bisa dihindari dengan menyewa kamera atau lensa yang diinginkan. Keluarkan uang sedikit, tetapi dengan begitu kita bisa mencoba sendiri apakah kamera/lensa itu memenuhi ekspektasi atau tidak.
Tidak perlu merawat
Membeli sama dengan berpindahnya hak dan kewajiban tentunya. Kamera, lensa, dan perlengkapan lainnya akan memerlukan perawatan agar tetap terjaga dan bisa beroperasi secara baik.
Butuh waktu dan tenaga yang lumayan juga untuk memastikan hal ini terjadi. Tidak jarang kita sering alpa yang menyebabkan kerugian karena kerusakan pada alat bisa terjadi.
Pusing? Pasti dan akan terasa lebih ruwet kalau kita tidak tahu caranya.
Hal itu tidak akan terjadi kalau kamera yang dipergunakan berasal dari jasa penyewaan. Setelah selesai dipakai, kembalikan saja ke tokonya.
Ongkos sewa pasti sudah termasuk biaya perawatan, yang akan dilakukan oleh mereka, bukan kita.
Tetap Hemat dan kebutuhan terpenuhi
Memotret, atau fotografi bukanlah sebuah kegiatan yang dilakukan rutin setiap hari dan tidak berkaitan langsung dengan pemenuhan kebutuhan hidup. Sifatnya, bagi sebagian besar orang adalah pengisi waktu atau iseng saja.
Tidak mutlak, kecuali mereka yang mencari makan dalam bidang itu.
Untuk apa mengeluarkan dana besar jika kebutuhan yang ada bersifat sementara atau sesekali. Traveling tidak dilakukan setiap hari, begitu juga berwisata.
Lalu, untuk apa mengeluarkan dana besar sekedar untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat sementara saja? Kamera dan lensa yang dibeli malah akan menjadi seperti jimat karena tidak sering dipakai.
Dengan menyewa pada saat kebutuhan itu hadir, masalah bisa terpecahkan dengan cara yang menghemat jutaan atau bahkan puluhan juta rupiah.
Bagi yang mencari makan di dunia ini pun menyewa kamera dan perlengkapan fotografi lainnya bisa menjadi sebuah pilihan yang baik.
Untuk klien yang bersedia membayar mahal, kita bisa menyewa peralatan yang lebih baik dari jasa penyedia. Bagi pelanggan yang menawar dengan harga minimum, kamera dan lensa yang sudah ada bisa dipergunakan.
Dengan begitu, keuntungan maksimum bisa didapat.
2> Kerugian menyewa kamera dibandingkan membeli

Segala sesuatu akan punya dua sisi, baik dan buruk, siang dan malam. Persis seperti dua sisi mata uang logam.
Begitu juga dalam urusan sewa menyewa kamera.
Biarpun penyedia jasa pasti akan menonjolkan sisi keuntungannya, penyewa harus menyadari beberapa hal yang bisa menghadirkan kerugian. Tentunya, jika semua tidak diperhitungkan dengan benar.
Bisa lebih mahal
Mencla mencle terdengarnya kan? Di atas menyebut hemat, tetapi di bawah “lebih mahal”.
Bayangkan saja sebuah perhitungan sederhana ini
- harga kamera full frame, misal Sony A7 III ada di kisaran 35.000.000 rupiah termasuk lensa kit
- harga sewa kamera tersebut per hari, di toko penyedia berkisar Rp. 500.000.-/hari
Murah dong? Betul sekali, dengan catatan masa sewa tidak melebihi 70 hari. Kok bisa? Karena ongkos sewa untuk 70 hari adalah 70 x Rp. 500.000.- = Rp. 35 juta.
Bila menyewa dengan jangka waktu tersebut, jatuhnya biayanya sama dengan membeli sebuah kamera merk dan jenis tersebut. Kamera akan menjadi milik Anda, kalau menyewa, kamera tetap milik si penyedia.
Pada titik tertentu, tergantung harga kamera/lensa/peralatan yang disewa, biaya menyewa bisa menjadi lebih mahal dibandingkan membeli.
Waktu untuk beradaptasi
Setiap kamera berbeda. Bahkan, kamera dengan merk sejenis tetapi berbeda tipe akan memiliki fitur yang berbeda. Letak tombol pun tidak akan sama. Contohnya Canon 1300D (tanpa vari-angle monitor) memiliki fitur yang lebih sedikit dibandingkan Canon 700D atau 800D (dengan vari-angle).
Pemakai 1300D akan butuh waktu untuk memahami 700D dan begitu juga sebaliknya. Bayangkan antara kamera yang berbeda merk, seperti Canon dan Nikon.
Hal itu pernah saya rasakan sendiri saat mengoperasikan kamera milik keponakan. Terbiasa dengan 700D saya harus memakai 1200D. Hasilnya, saya butuh waktu untuk bisa membiasakan diri dengan kamera tersebut.
Berapa lama waktu yang diperlukan? Tergantung pada pengetahuan dan skill penyewanya. Yang sudah biasa bergelut dengan kamera akan membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan yang tidak terbiasa. Bisa beberapa menit, tetapi bisa juga beberapa jam.
Masalahnya, pada kamera sewaan, prinsip waktu adalah uang berlaku. Setiap jam yang dihabiskan untuk beradaptasi kamera tidaklah gratis karena kita sudah membayar untuk itu.
Pilihan belum tentu tersedia
Variasi peralatan fotografi yang disediakan penyedia jasa memang beragam, tetapi tidak berarti mereka akan menyediakan semua jenis. Hampir pasti mereka akan memilih peralatan yang menguntungkan dan banyak peminatnya.
Contohnya saja, mayoritas penyedia jasa penyewaan akan memberikan pilihan kamera “level” atas seperti full frame. Semua itu karena selain profitnya lebih tinggi, kamera seperti itu menarik dan belum dimiliki semua orang.
Jarang yang menyediakan kamera DSLR kelas entry level sekelas Canon 1200D atau jajaran D3000 dari Nikon. Kamera jenis ini sudah umum dimiliki perorangan di negeri ini dan tentunya dianggap kurang peminat.
Apalagi di saat peak season, pengguna jasa akan melebihi persediaan kamera yang ada. Pilihan yang tersedia menjadi lebih sempit karena prinsip siapa cepat dia dapat.
Hasilnya, pilihan yang kita inginkan seringkali tidak tersedia pada saat dibutuhkan.
Resiko tinggi
Ketika sebuah kamera milik sendiri rusak, tentu saja kita akan ngomel dan kesal. Biaya lumayan akan keluar dari kantung untuk memperbaikinya.
Namun, hal itu wajar karena kita memiliki keharus memastikan barang milik sendiri terawat dan bisa beroperasi.
Bila kamera sewaan yang rusak saat penggunaan, penyedia jasa pasti akan meminta pertanggungjawaban. Kita sebagai penyewa pada akhirnya akan harus mengeluarkan uang juga.
Menyebalkannya, biaya itu keluar untuk memperbaiki barang yang bukan milik kita, tetapi milik penyedia jasa.
Menyewa kamera memiliki resiko lumayan tinggi.
Butuh pengetahuan dan skill yang cukup
Sebuah kamera DSLR/Mirrorless, terutama kelas full-frame akan memiliki banyak fitur.
Bagi seorang yang sudah terbiasa memakai versi APS-C, tetap akan butuh waktu untuk bisa memaksimalkan semua fitur yang ada di dalamnya.
Tidak semudah yang terlihat.
Bisa bayangkan seseorang yang terbiasa memakai kamera smartphone kemudian menyewa sebuah kamera DSLR bertipe APS-C atau full frame? Untuk memahami cara kerja kamera tersebut saja pasti akan butuh lama sekali untuk memahami dan kemudian membiasakan diri dengan kamera tersebut.
Padahal, jenis kamera-kamera jenis ini adalah salah satu andalan penyedia jasa penyewaan kamera. Kecuali kita tidak bermasalah terus menerus memakai mode auto, menyewa kamera pada akhirnya akan merugikan karena kurangnya pengetahuan dan skill daro penyewanya.
Batasan waktu yang singkat
Setiap rental kamera pasti akan memberi batasan waktu pada penyewanya. Dari sanalah bisnis itu berjalan dan mereka mendapatkan keuntungan.
Rata-rata waktu yang diberikan kepada penyewa dihitung harian.
Masalahnya, momen itu seringkali hadir tanpa disangka. Menyewa kamera memang menguntungkan karena terjangkau, tetapi juga menghadirkan keterbatasan karena kamera tidak bisa selalu siap sedia setiap saat.
Seringkali momen dan peristiwa menarik hadir ketika kamera sudah dikembalikan dan hasilnya momen itu akan terlewat dan tidak terekam.
3> Tips menyewa kamera dan lensa
Menyewa kamera atau peralatan fotografi lainnya mendatangkan banyak keuntungan dalam beberapa sisi, tetapi bila melakukannya secara serampangan, hasilnya bisa mendatangkan kerugian.
Kerugian paling utama dalam hal ini adalah ketika kamera/peralatan fotografi yang disewa tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal. Dengan begitu, artinya ada uang yang terbuang secara percuma.
Iya kan? Bayangkan saja kalau menyewa untuk satu hari, tetapi 3-4 jam dipergunakan untuk mempelajari cara memakainya dengan baik. Sudah berapa uang yang terhambur percuma dan sia-sia.
Peluang terjadinya kerugian itu bisa diminimalkan asalkan pada saat menyewa, kita melakukan beberapa hal seperti di bawah ini
Sesuaikan dengan budget dan kebutuhan
- Bila sekedar untuk belajar fotografi, tidak perlu lah harus menyewa kamera DSLR/Mirrorless full frame yang mahal. Cukup sewa kamera level pemula saja seperti Canon 1200D
- Jika budget yang diberikan klien tidak mencukupi untuk membayar sewa kamera full frame, pilihlah kamera yang sesuai dengan harga yang disepakati dengan klien
- perhitungkan waktu karena percuma saja menghemat uang tetapi tidak bisa meng-cover keseluruhan acara
Sewa kamera yang sesuai dengan budget yang ada. Yang harus diingat adalah semakin besar biaya sewa yang harus keluar, semakin besar potensi terjadinya kerugian.
Perhitungkan matang-matang untung rugi secara materi menyesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan
Booking dan pesan sebelum hari pemakaian
Setiap rental kamera dan alat fotografi pasti punya nomor kontak yang bisa dihubungi.
Hubungi, booking dulu kamera yang diinginkan beberapa hari sebelum dipergunakan. Bahkan, bila perlu, berikan DP (Down Payment) untuk memastikan kamera tersebut akan tersedia ketika Anda memerlukan.
Dengan begitu, Anda tidak perlu pusing dan takut barangnya tidak tersedia pada waktunya.
Pilih merk yang sudah biasa dipegang meski berlainan tipe
Bila sudah terbiasa dengan Nikon, pilih kamera dari merk yang sama untuk disewa. Perbedaan antar jenis pasti akan ada , tetapi sebagian besar fitur dan cara pengoperasian akan mirip kalau berasal dari merk yang sama.
Kerumitan akan terjadi kalau menyewa kamera dari merk yang berbeda dengan yang biasa kita pegang. Masing-masing produsen memiliki ciri khas dan karakter sendiri-sendiri yang bisa menjadi sumber kerumitan.
Misalkan saja kalau shutter priority di Canon memiliki kode Tv (Time Value) maka di Nikon kodenya adalah S (Shutter Prority Auto).
Kecil, tetapi bisa sangat membingungkan kalau tidak terbiasa
Pergunakan sesering mungkin untuk menghasilkan foto
Prinsip time is money perlu dipegang kalau menyewa kamera. Jangan sampai uang yang sudah dikeluarkan tidak terpakai.
Cara termudah adalah jangan ragu untuk menjepret momen. Semakin banyak semakin baik karena dengan begitu kamera (atau alat lain) dipergunakan secara maksimal.
Imajinasikan seperti ini, biaya sewa Rp. 300.000/hari dan Anda membuat 100 foto, maka harga perfoto = 200.000 : 100 = Rp. 2000/foto. Kalau Anda menghasilkan 200 foto, harganya menyusut menjadi 200.000 : 200 = Rp. 1000/foto.
Semakin banyak, semakin murah biaya sewa.
Unduh buku panduan dari internet untuk mempelajari hal-hal penting terkait kamera yang akan dipakai
Sebelum memakai, unduh buku panduan kamera yang akan disewa. Pelajari terutama bagian-bagian terpenting, seperti
- kode fitur : aperture, shutter, menu dan sebagainya
- pahami kelemahannya, seperti batasan waktu pakai baterai dan juga lensa yang dipergunakan
- perhatikan kode-kode error karena bagaimanapun kamera adalah barang elektronik yang mungkin mengalami masalah dalam pengoperasian
Kalau bisa, pelajari beberapa hari sebelum kamera benar-benar disewa. Dengan begitu, ketika kamera sudah berada di tangan, tidak ada lagi waktu yang terbuang. Anda bisa memaksimalkan waktu sewa karena masa adaptasi tidak akan terlalu lama
Simpan buku panduan di ponsel agar bisa dibuka kapan saja
Unduh buku panduan kamera tersebut dan simpan pada ponsel cerdas Anda. Kenapa? Karena dengan begitu ketika kita tidak mengerti sesuatu tentang kamera tersebut, Anda bisa langsung menemukannya dengan cepat.
Bagaimanapun, otak manusia susah menyimpan begitu banyak data, apalagi isi buku panduan yang banyak sekali itu.
Waktu sewa
Tanyakan batas waktu sewa yang diberikan. Umumnya ada waktu tenggang pengembalian.
Yang satu ini selain untuk memastikan kita tidak perlu kena biaya tambahan, juga akan berguna untuk bisa memanfaatkan waktu yang tersedia untuk mendapatkan lebih.
Kalau memang waktu yang dibutuhkan lebih lama, kita juga bisa menegosiasikan harga agar mendapatkan diskon/potongan karena menyewa lebih lama.
Ekstra hati-hati
Kamera/lensa yang Anda sewa bukan milik Anda. Rental kamera pasti akan meminta ganti rugi kalau terjadi kerusakan akibat pemakaian selama disewa.
Jadi, perlakukan kamera sewaan dengan sehati-hati mungkin karena akan terasa sangat menyakitkan harus mengganti kerusakan yang terjadi.
Coba di tempat dan periksa dengan teliti
Sebelum meninggalkan toko penyewaan, pastikan kamera yang akan Anda pakai beroperasi dengan baik. Percuma saja kalau ternyata kamera yang disewa ternyata tidak bisa beroperasi dengan baik dan hal itu baru ditemukan saat sudah meninggalkan tempat penyewaan.
Kerugiannya bisa dobel. Tidak beroperasinya kamera bisa dipandang karena kesalahan Anda sebagai pengguna dan harus menggantinya, juga Anda tidak bisa menggunakannya.
Pastikan juga Anda memperhatikan cacat-cacat fisik yang ada pada kamera. Kalau memang ditemukan, tunjukkan kepada penyedia jasa. Jangan sampai Anda menjadi tertuduh penyebab kerusakan tersebut.
♦

Rental Kamera/Alat Fotografi bukan untuk semua orang
Jangan salah.
Rental kamera adalah bisnis yang bagus dan akan membantu sekali dalam dunia fotografi. Keuntungan yang ditawarkannya banyak.
Hanya saja, memandangnya sebagai sebuah jasa yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum, tidak sepenuhnya benar. Tentu saja pengelolanya akan mengatakan sebaliknya dan faktanya memang semua orang boleh saja melakukan peminjaman di sana.
Yang harus disadari ada “batasan” tidak terlihat yang membuatnya tidak sepenuhnya cocok untuk semua kalangan masyarakat. Batasan tak terlihat itu berupa jenis kamera/alat fotografi yang ditawarkan, yang umumnya berbasis DSLR/Mirrorless.
Berdasarkan pandangan itu, jasa penyewaan alat fotografi seperti ini sebenarnya menyasar pada beberapa kalangan, seperti
- fotografer profesional yang membutuhkan peralatan tambahan untuk mengerjakan orderan dari klien
- penghobi fotografi atau maniak potret yang membutuhkan kamera yang lebih maju daripada yang sudah dimilikinya
- mereka yang ingin membeli kamera DSLR/Mirrorless dan aksesorinya tetapi ingin mencobanya dulu sebelum mengambil keputusan
- traveler/travel blogger yang butuh peralatan tetapi tidak mau repot membawa peralatan dan mereka sudah akrab dengan jenis kamera DSLR/Mirrorless sebelumnya
- mereka yang mau membuang duit untuk merasakan kamera canggih atau peralatan fotografi untuk kepuasan diri sendiri
- para penggelut bidang fotografi kreatif yang membutuhkan kamera yang lebih memiliki banyak fitur untuk membantu pengembangan kreativitasnya
- blogger yang mengelola blog fotografi dan membutuhkan kamera untuk di-review atau diulas
Intinya rental alat fotografi seperti ini lebih cocok untuk mereka-mereka yang sudah akrab dengan kamera. Bukan mereka yang awam. Mereka-mereka ini lah yang bisa memaksimalkan nilai uang yang dikeluarkan untuk menyewa di sana.
Masyarakat umum tentu saja tidak akan dilarang, tetapi yang harus disadari bahwa uang yang dikeluarkan tidak akan mendapatkan pengembalian.
Jadi, kalau Anda awam dengan dunia fotografi dan tidak memiliki pengetahuan tentang kamera dan alat-alat fotografi, silakan saja sewa kamera di penyedia jasa seperti ini. Namun, niatkan dalam hati untuk belajar, jadi tidak akan merasa rugi untuk mengeluarkan uang.
Bagaimanapun, belajar itu ada ongkosnya juga dan anggaplah uang sewa kamera sebagian ongkos belajar yang harus dikeluarkan.
Begitulah pandangan saya dalam urusan sewa menyewa kamera, lensa atau alat fotografi seperti ini.
Bagaimana menurut Anda?
(Foto dalam tulisan ini bukan dibuat dengan kamera yang disewa dari rental kamera. Foto-foto ini dihasilkan dari DSLR tua kepunyaan penulis, yaitu Canon EOS 700D saja)