Menyimpan kamera dalam dry box merupakan hal yang umum dilakukan para fotografer atau penggemar fotografi untuk memastikan bahwa senjata andalan mereka tetap terjaga baik.
Suhu yang konstan dan bisa dikontrol, ditambah dengan adanya gel silica akan memastikan kalau kamera atau lensa tetap kering dan tidak ada berjamur. Kamera dan lensa setidaknya akan terjaga dan tetap dalam kondisi prima ketika sedang tidak digunakan.
Namun, sebenarnya menyimpan kamera dalam dry box “terlalu lama” merupakan sebuah tindakan yang kurang baik.
Memang benar kamera dan lensa akan tetap terjaga kondisinya. Namun, ada satu masalah yang jelas akan terpengaruh, namanya “skill” atau “kemampuan” sang fotografer yang akan terpengaruh.
Ketika kamera berada di tempat penyimpanan, hal itu bisa diartikan bahwa sang pemilik sedang tidak memotret. Kalau ia memotret, kameranya tidak akan berada di dalam dry box. Begitu logikanya, kecuali sang fotografer punya lebih dari satu kamera.
Bila hal itu terjadi dalam waktu yang lama, alias sang fotografer tidak memotret dalam waktu yang lama juga, jelas akan ada perubahan dalam dirinya. Kameranya tidak akan berubah dan tetap aman dari jamur meski tidak memakai Canesten, tetapi skill-nya perlahan tapi pasti akan menurun.
Skill memotret atau fotografi tidak bedanya dengan berbagai skill atau keahlian lain di dunia. Ia akan memerlukan proses latihan yang terus menerus agar tetap tajam. Tidak bedanya dengan para atlit yang terus berlatih sepanjang tahun.
Ketika hal itu tidak dilakukan, hampir pasti keahlian itu akan mengalami degradasi. Nalurinya akan tumpul, ilmu atau teori tentang setting kamerapun akan menghilang, dan ketajaman mata dalam membuat komposisi pun tidak akan sama dibandingkan kalau ia terus berlatih.
Yang paling jelek lagi adalah “ikatan” antara sang fotografer dan kameranya pun perlahan menipis.
Itu adalah sebuah keniscayaan.
Saya pernah mengalaminya ketika tidak aktif memotret selama 6 bulan. Ketika hendak memulai lagi, rasa kerepotan itu hadir karena segala sesuatu di lapangan terasa membingungkan. Banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam kepala ketika hendak merekam sebuah momen dan buruknya, jawaban terhadap pertanyaan itu lamban sekali keluar dari otak karena otak sudah tidak terbiasa berpikir tentang hal ini.
Hasilnya, banyak sekali foto gagal.
Butuh waktu lumayan lama juga sebelum skill itu bisa kembali. Butuh lebih dari satu kali sesi pemotretan untuk bisa merasakan kembali ke kemampuan sebelum hiatus memotret.
Nah, bisa bayangkan kalau sebuah kamera disimpan dalam dry box selama 1-2 tahun, yang artinya selama itu pula sang fotografer tidak memotret?
Tentu saja, level penurunan akan berbeda antara seseorang dan lainnya. Namun, bisa dipastikan bahwa hal itu terjadi. Tidak akan tidak karena sudah merupakan bagian dari kehidupan.
Sesuatu yang tidak diasah akan tumpul dan berkarat.
Jadi, menyimpan kamera di dry box memang sebuah langkah yang baik. Bagaimanapun, kamera sebagai senjata para fotografer harus dilindungi dan dijaga. Namun, jangan sampai terlalu lama di dalamnya.
Kamera itu harus dipergunakan. Bukan hanya untuk mencari uang dan rejeki, tetapi ada yang lebih penting lagi, yaitu menjaga agar skill atau keahlian yang punya tetap dalam kondisi prima.
Hal itu tidak bisa dilakukan kalau kameranya hidup santai di dalam dry box saja. Kamera itu akan berguna sekali kalau berada di tangan fotografernya untuk merekam momen atau obyek.
Bukan di dalam dry box.