Hindari Mubazir, Pilih Kamera Sesuai Tujuan Memotret

Pernahkah merasa bahwa di era digital seperti sekarang, jiwa konsumtif manusia selalu diusik dan didorong untuk menjadi lebih besar dan besar lagi? Setiap hari, setiap waktu, kita selalu disuguhi untuk membeli sesuatu yang terkadang sebenarnya tidak benar-benar kita perlukan.

Iklan bertebaran dimana-mana, tidak di mall, di perempatan jalan, hingga di dunia maya selalu ada saja usaha produsen untuk mendorong orang untuk membeli.

Dunia fotografi pun tidak bisa terlepas dari semua itu. Setiap 2-3 tahun sekali, para produsen kamera akan mengeluarkan kamera baru yang sebenarnya tidak berbeda jauh dengan pendahulunya. Biasanya spesifikasi dasar tidak berubah, tetapi terdapat beberapa penambahan fitur “baru” agar masyarakat melihatnya sebagai kamera yang “lebih baik” dari versi terdahulu.

Contohnya saja, Canon 700D yang disusul dalam beberapa tahun dengan Canon 760D, dan sekarang dengan Canon 800D. Padahal, kalau dilihat, tidak terlalu banyak bedanya.

Semua itu memang sudah merupakan strategi dasar dari produsen agar masyarakat di dunia fotografi terus merasa perlu untuk memperbaikinya. Penggunaan endorse dari beberapa nama terkenal di dunia itu sering dipakai untuk mempromosikan berbagai kelebihan versi terbaru.

Image yang sering ditanamkan dari para produsen adalah bahwa gear yang terbaru akan membawa ke level yang lebih tinggi lagi.

Masyarakat dunia fotografi pun seperti didorong dan diundang untuk terus memperbaiki gear (peralatannya). Jiwa konsumtif manusianya diberi rangsangan tanpa henti.

Padahal, kenyataannya tidak selalu demikian. Kebutuhan seorang fotografer (dalam artian luas dan bukan profesi) memiliki batasan, yaitu tujuannya memotret atau menekuni fotografi.

Misalkan

  • seorang ibu rumah tangga yang ingin mendokumentasikan tumbuh kembang anaknya, perlukah sebuah kamera full frame jenis apapun? Sebenarnya tidak perlu juga, ia cukup memakai kamera smartphone atau kamera prosumer sekalipun sudah cukup
  • seorang travel blogger yang ingin memperlihatkan keindahan alam tempat yang dikunjunginya sebagai pelengkap artikel perjalanannya, perlukah membeli Mirrorless Full Frame? Sebenarnya tidak ada keharusan. Apalagi untuk sebuah website, ukuran foto yang dihasilkan kamera apapun akan dikompresi agar tidak terlalu besar dan memberatkan loading website. Kamera APS-C saja sebenarnya sudah lebih dari cukup
  • seorang Instagrammer yang sekedar ingin bersenang-senang dan memamerkan hasil fotonya lewat media sosial, perlukah membeli kamera full frame berharga puluhan juta? Sebenarnya tidak juga. Sama dengan website, image itu akan dikompresi dan kehilangan kualitasnya juga

Berbeda dengan mereka yang memotret dengan tujuan mencari uang. Kualitas hasil akan bisa menentukan apakah mereka kena omel pengguna jasa atau tidak. Hasil yang buruk bisa membuat mereka kehilangan nama dan order potensial di masa datang.

Berbeda.

Tujuan memotret yang berbeda, akan membutuhkan jenis kamera yang berbeda juga.

Mengetahui tujuan kita memotret akan memberi sebuah batasan yang akan membantu sekali untuk menghindari kesia-siaan. Kita bisa menghindari membeli sesuatu yang sebenarnya berlebihan.

Dengan mengetahui tujuan ini juga, sebenarnya kita bisa menghemat banyak dan membantu mengekang diri agar membeli kamera berdasarkan fungsi dan kebutuhan, bukan keinginan.

Arti Istilah Instagrammable A

Itulah mengapa saya sampai sekarang pun masih menggunakan si tua Canon 700D. Belum berganti hati.

Kamera itu sudah 4 tahun menemani dan sudah memiliki banyak kelemahan. Meskipun demikian, belum ada niatan untuk menggantinya.

Kenapa? Karena pada kenyataannya, hasil foto kamera itu sudah mencukupi untuk menghasilkan foto yang lumayan bagi semua blog saya, termasuk blog ini.

Saya memang berniat membeli sebuah full frame di masa datang, tetapi dengan tujuan yang berbeda. Bocah kesayangan saya berniat menjadi fotografer pro dan salah satunya adalah untuk jasa fotografi pernikahan atau produk.

Untuk bisnis. Dan, mau tidak mau saya harus berpikir karena kamera yang ada terasa kurang mencukupi untuk masuk ke area bisnis seperti itu. Bagaimanapun, kamera dan lensa yang ada sekarang tidak akan mencukupi untuk bersaing dengan fotografer lainnya.

Jadi, rencana itu ada dan dalam perhitungan karena sudah merambah wilayah bisnis, tetapi bukan karena sekedar ingin mengganti kamera atau merasa ingin “lebih baik”.

Bagaimana dengan Anda? Apakah kamera yang ada sekarang sudah terasa “tidak mencukupi” atau Anda cukup puas dengan itu? Apakah Anda berniat membeli kamera baru, boleh tahu alasannya?

Leave a Comment